#DramaFreeZone

Common Sense

Hari ini adalah hari pertama dimana semua aktivitas kembali ke titik normal, setelah masyarakat di negeri ini usai merayakan hari kemenangan Idul Fitri. Baik usai menahan dahaga maupun lapar dan perbuatan selama satu bulan lamanya. Mengurangi ragam rutinitas dan memfokuskan diri untuk ibadah, dan hasilnya adalah menjadi manusia baru, yang kembali suci layaknya sebuah kanvas putih tanpa coretan.

 

Namun ujian tersebut nampaknya belum usai hingga detik ini. Baru saja selang beberapa hari lebaran, media sosial telah dirambati dengan beragam berita dunia yang akan berimbas pada negeri kita. Tarif pajak ekspor yang diutarakan oleh sang pemimpin negara adidaya tersebut cukup memberikan pandangan gelap. Pasalnya apa yang akan terjadi pada kelangsungan hidup kita nantinya? Nilai rupiah yang jatuh terhadap dollar, hingga suku bunga dan saham yang turun. Belum lagi beragam imbas ini dan itu?

 

Mendadak diri kita yang sebelumnya baru saja disucikan oleh momentum Ramadan, menjadi kembali membuat dosa dengan menyerukan sumpah serapah yang diutarakan melalui kolom komentar setiap postingan. 

 

Momentum ini dapat dikatakan begitu kontras, baru saja rakyat di dunia ini merayakan kebahagian kebersamaan dengan keluarga, lalu tanpa diduga harus dikejutkan dengan berita kehancuran. Yang menghancurkan banyak hati rakyat di dunia ini. Terlebih lagi bagaimana pula jika imbas dari keputusan ini menjadikan banyak orang harus diberhentikan dari tempatnya bekerja. Atau segala kemungkinan lain yang menyebabkan kesengsaraan.

 

Sebenarnya apa yang diinginkan oleh mereka para pemimpin? Mengapa lebih memilih jalan berkerikil jika sebenarnya ada jalan yang lebih mulus? Mengapa harus menciptakan suatu drama, jika sebenarnya drama itu tidak perlu ada? Lantas bagaimana dengan penduduk dunia yang kurang beruntung? Apakah mereka harus menanggung lebih lagi, jika sebenarnya dengan drama yang telah ada, mereka juga belum mampu untuk menyelesaikannya.

 

Suatu postingan mengatakan bahwa pendidikan sekolah tidak mengajarkan muridnya untuk menjadi sesorang pemimpin, melainkan hanya mengajarkan muridnya untuk menjadi pekerja. Sementara yang dibutuhkan dalam hidup ini adalah dapat memimpin, baik untuk diri sendiri dan orang banyak. Selain itu juga survived akan segala sesuatu kericuhan dari kehidupan dunia ini. Nah, bagaimana dengan Anda setuju atau tidak?

  

Photo: Pixabay - Pexels