Akhir-akhir ini saya kembali sering dilihatkan dengan beragam pergerakan bersamaan yang menjadikan perubahan pada visual banyak orang, baik di media sosial atau pun di kehidupan sehari-hari. Seperti contohnya para lelaki baik di usia 20-an hingga 40-an kini berlomba-lomba menumbuhkan kumis dan memanjangkan rambut di bagian belakang dengan potongan rambut mullet.
Tentu saya tidak ada masalah dengan gaya yang sedang beredar saat ini, toh itu adalah suatu hak asasi setiap orang untuk berekpresi dan bereksperimen pada dirinya. Walaupun terkadang tidak semua bentuk wajah dan karakter cocok untuk gaya tersebut.
Pergerakan ini pun ibarat gelombang yang dapat kita sebut dengan tren. Seketika semua pria dari berbagai kalangan tak mau ketinggalan gelombang tersebut. Pertanyaannya apakah ketika kita tidak berada dalam gelombang tersebut, apakah akan dianggap ketinggalan zaman? Atau disisihkan dari pergaulan?
Sama hal-nya dengan tren kaos tank top dan celana pendek setengah paha yang sekarang marak dikenakan para pria. Awalnya para pria hanya mengenakannya ketika sedang hanya berlibur di pantai, namun kini berpergian ke mall pun sudah terlihat tak asing. Bagi mereka yang memiliki potongan tubuh atletis, tentu akan menjadi salah satu trik untuk menjadi pusat perhatian. Namun untuk mereka yang bertubuh biasa-biasa saja, alamat menjadi buah bibir.

Tren yang awalnya adalah sebuah gelombang kolektif keinginan, emosi dan ekspresi mendadak menjadi bencana. Tren yang bisa juga sebagai armada untuk pencarian jati diri untuk meningkatkan kepercayaan diri malah berakhir sebagai boomerang yang melukai mental secara pribadi.
Lantas bagaimanakah cara untuk menyaring tren? Jika dalam dunia fashion, tren adalah sebuah bahasa visual, maka pelajari dulu bentuk proporsi tubuh kita secara pribadi. Karena bagaimanapun manusia diciptakan Tuhan telah dengan porsinya masing-masing. Misalnya bagi pria yang dianugerahi dengan facial hair berlebih, mungkin juga harus menyesuaikan dengan bentuk wajah. Bagian rambut wajah mana yang cocok untuk dipelihara atau sebaliknya. Karena belum tentu memiliki facial hair tersebut akan membuat penampilan lebih maskulin, karena jika tidak ditata sedemikian rupa pun akan justru membuat penampilan wajah jadi terlihat kusam dan tidak terurus. Sama juga dengan rambut mullet yang memberikan kesan stylish, namun jika tidak sesuai dengan bentuk wajah dan pembawaan, justru malah terlihat urakan dan mengada-ngada.
Karena seketika Anda mengubah bentuk rambut, artinya konsep style berpakaian pun juga turut perlu disesuaikan. Intinya pandailah dalam memilih tren, karena tren itu ibarat ombak, sifatnya datang dan pergi. Sementara untuk apa mencoba-coba sesuatu yang tidak akan bertahan lama. Maka ungkapan ‘be yourself’ bukan hanya sebuah kalimat sederhana, melainkan memiliki makna yang dalam… Jujurlah pada diri sendiri, disaat dunia masih ragu untuk jujur.
Photo: Anders Kristensen – Pexels.com, Cottonbro Studio – Pexels.com