Telusuri Identitas Diri dan Arsitektur Dalam

Saya selalu menginterpretasikan kunjungan saya ke museum atau galeri seni sebagai sebuah bentuk meditasi. Karya-karya yang dipajang di setiap dinding dan ditempatkan di sudut ruang, selalu berhasil menghipnotis pikiran saya menjadi tenang. Rasa takjub dan penasaran yang teramat sangat tentang bagaimana setiap karyanya dibuat, juga selalu sukses menguasai diri. Hingga terkadang, pertanyaan absurd namun krusial mengenai identitas dan eksistensi diri muncul di benak. Setidaknya, mungkin hal itu yang ingin coba digugah oleh Museum Macan pada pameran barunya kali ini.

Sebuah presentasi kolektif dari sejumlah perupa Indonesia dan Mancanegara kembali disuguhkan oleh Museum yang terletak di bagian barat kota Jakarta ini. Mengambil tajuk Matter and Place (berarti Materi dan Tempat), karya instalasi dari arsitek Indonesia Andra Matin dan perupa kontemporer asal Malaysia Shooshie Sulaiman, terkurasi dalam satu lantai dengan karya dari Danh Vo, FX Harsono, Genevieve Chua, dan Theaster Gates.

Eskplorasi antara hubungan manusia (dalam hal ini para perupa) dengan budaya dan tempat mereka berasal, diangkat menjadi narasi utama dalam pameran yang berlangsung di lantai M Museum Macan ini. Dengan total enam buah karya yang dipamerkan, kesederhanaan sekaligus keintiman dengan masing-masing karyanya sangat kental dapat saya rasakan.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Museum MACAN (@museummacan) on

 

Pertama kali ketika memasuki area pameran, Anda akan disuguhi sebuah karya dari seorang perupa asal Amerika Serikat, Theaster Gates, yang berjudul ‘A Transgressive Wyoming’. Karya perunggu berbentuk peta Amerika Serikat mengangkat sejumlah isu terkait kehidupan sosial di sana. Di sebelahnya juga terdapat tiga lukisan skala besar dari perupa Singapura, Genevieve Chua, yang bersanding dengan sebuah karya bermaterialkan kardus dan berlapiskan kertas emas dari perupa Vietnam, Danh Vo.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Museum MACAN (@museummacan) on

 

Adapun karya arsitek tanah air Andra Matin dengan karyanya ‘Elevation’, yang juga sempat dia tampilkan pada pameran seni arsitektur La Biennale ke-16 di Venezia tahun lalu. Saya dibuat terpukau dengan instalasi setinggi lima meter ini. Pada bagian depan, Anda dapat melihat anyaman rotan dengan pola khas berbagai tekstil dari Indonesia. Dan ketika berada di dalamnya, setiap langkah yang Anda ambil pada tiap tingkatan di instalasi tersebut mewakili level ketinggian dari sejumlah rumah khas tradisional di Indonesia. Melalui karyanya, Andra Matin mengemas keunikan arsitektur Indonesia ke dalam sebuah bentuk  karya desain kontemporer yang dapat Anda jelajahi seluk-beluknya. Siap-siap saja, feed Instagram Anda akan segera dibanjiri oleh orang-orang yang berswafoto ria di instalasi ini!

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Museum MACAN (@museummacan) on

 

Lain halnya dengan karya ‘Tadika Getah’ dari Shoosie Sulaiman. Pengalaman masa kecilnya bermain di perkebunan karet milik ayahnya dia tuangkan ke dalam sebuah karya instalasi interaktif berbentuk  rumah yang dikelilingi sejumlah pohon karet. Melalui instalasi ini, Shoosie ingin mengajak para pengunjung untuk menemukan perspektif baru dalam memaknai sesuatu. Bisa dibilang, karya ini merupakan interpretasi lain dari karya Shoosie yang telah terlebih dahulu dipamerkan di area anak-anak Museum Macan, ‘Rubberspace’.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Museum MACAN (@museummacan) on

 

Karya-karya para perupa di atas dapat Anda nikmati lebih intim lagi di Museum Macan mulai 13 April  hingga 21 Juli mendatang. Sekarang saatnya Anda eksplorasi tiap pojokan pamerannya, dan temukan sesuatu yang belum pernah Anda dapatkan sebelumnya. Selamat menjelajah!