It’s Couture, Honey!

Beastie Vanity

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Jika peribahasa tersebut biasa mencerminkan perbedaan adat istiadat setiap negeri. Maka untuk kali ini saya meminjam peribahasa tersebut untuk mencerminkan berbagai variasi koleksi Haute Couture Fall 2023 ini. Karena setiap rumah mode nyatanya mempunyai keliaran imajinasinya masing-masing. Lain rumah mode, lain pula ‘gila’nya.

 

Ibarat suatu pesta kebebasan maka awal bulan Juli ini layaknya sebuah pesta kemerdekaan bagi para desainer dengan segala idealismenya. Walaupun dari rangkaian suatu presentasi tetap menyisipkan koleksi commercial look, sebagai celah untuk berjualan. Namun tetap presentasi adibusana tersebut adalah momentum yang menempatkan kreatifitas diatas segala-galanya. Berikut adalah lima rumah mode yang bagi saya tetap konsisten dalam DNA-nya, sekalipun secara visual dapat dikatakan lebih ‘bermain’.

 

Viktor & Rolf

Brand yang satu ini memang selalu memiliki DNA playful dalam setiap presentasinya. Kendati demikian esensi feminim tetap tak boleh lepas dari setiap karya yang mereka tampilkan. Apakah itu berupa ruffles, pita, hingga pilihan palet warna yang manis dimata.

 

Elie Saab

Bagi brand yang satu ini wanita harus tetap terlihat cantik dan glamor. Oleh sebab itulah Elie Saab tetap mempertahankan siluet busana yang klasik. Wanita menggenakannya akan terlihat anggun dalam setiap lekukannya. 

 

Fendi

Koleksi Fendi couture yang digarap oleh Kim Jones ini dapat dikatakan sebagai koleksi brilian. Pasalnya koleksi couture yang umumnya ‘wajib’ untuk dihiperbolakan dalam setiap bentuknya, dapat disederhanakan tanpa harus terlihat ‘kurang bumbu’. Tetap terlihat anggun, namun tetap kreatif. Tetap terlihat adibusana, tetapi tidak berlebihan. Semua tampak dalam racikan yang pas untuk dinikmati oleh mata.

 

Giambattista Valli 

Masih dalam signature desain yang sama, namun tidak membosankan. Valli kali ini terlihat sangat berusaha menjadikan koleksi kali ini untuk tidak mengintimidasi dengan volume bentuknya. Sekalipun wujud gaun yang diciptakan masih terlihat bervolume, menyapu lantai dan maksimalis. Namun ia mengakalinya dengan pilihan material yang polos tanpa detail. Pada presentasi ini pun Valli sengaja menggunakan flat shoes agar terlihat lebih bersahaja dan tidak mengintimidasi.

 

Balenciaga

Lini yang satu ini dapat dikatakan konsisten untuk memaparkan bahwa wanita pemakai adibusana, bukanlah wanita yang harus selalu terlihat cantik dan feminim. Sekalipun gaun itu memaparkan siluet tubuh wanita, namun kesan rebel dan dark tetap harus terasa. Inilah intepretasi memesona bagi sang creative director, Demna.