Jangan pernah menilai seseorang dari penampilan fisiknya. Jangan pernah. Hal ini yang semakin saya yakini ketika berjumpa dengan Chef Vebrina Hadi, Executive Chef dari Mr. Fox. Secara pribadi, gerai dari Ismaya tersebut memang menjadi salah satu favorit saya. Hidangan sederhana, seperti Bikini Sandwich saja mampu membuat saya terus merindukannya. Lalu, seperti apa sebenarnya sosok perempuan di balik dapur Mr. Fox ini?
Menjadi seorang juru masak tentu bukan pekerjaan yang mudah, mengingat kerap kali ia harus berada dalam tekanan untuk menyajikan hidangan terbaik dalam ruangan yang terbilang panas dan ditambah lagi, dikejar oleh waktu. Tak aneh jika saya terkejut menjumpai sosok Chef Nana yang mungil dan terlihat santai dengan kunciran konde setengahnya itu. Jauh dari kesan tangguh yang saya bayangkan. Nyatanya, ketangguhan memang tidak selalu ditemukan pada penampilan fisik.
Beberapa waktu lalu, kami sempat meminta Chef Nana untuk mempersembahkan dua hidangan eksklusif sebagai tribut terhadap perempuan. Anda dapat membacanya dengan mengklik di sini. Seusai sesi pemotretan, saya berkesempatan untuk berbincang sejenak dengannya. Dari obrolan singkat itu, Chef Nana mampu menyadarkan saya bahwa setiap individu, baik perempuan, maupun laki-laki, memiliki hak yang sama dalam meraih mimpi. Tidak peduli jika orang lain berkata bahwa Anda tidak mampu. Hanya Anda sendiri yang mengetahui siapa diri Anda dan apa yang Anda inginkan. Jika saja Chef Nana mendengar apa kata orang dan berhenti sebelum berperang, mungkin ia tidak akan dipercaya Ismaya untuk menangani hidangan-hidangan Mr. Fox.
Hai, Chef Nana! Bagaimana kabar Anda hari ini?
Baik.
Sejak kapan Anda jatuh cinta pada dunia kuliner dan apa yang sebenarnya membuat Anda memutuskan untuk terjun ke profesi ini?
Aku suka masak dari kecil, sebenarnya. Karena keluargaku sering berkumpul, dan kita selalu potluck. Setiap household pasti membawa makanan sendiri-sendiri. Jadi memang dari kecil, sudah suka memasak. But I decided to be a chef right after I graduated from highschool. Kebetulan sembilan tahun terakhir aku di Melbourne untuk kuliah, kemudian setelahnya bekerja di sana. Baru sekitar tiga tahun lalu aku balik ke Indonesia, dan bergabung dengan Ismaya. This is my first job in Indonesia. My sister is a pastry chef, my mom can cook and bake very well.
Bagaimana perjalanan karier Anda selama di Melbourne, Australia?
Jadi sebelum lulus kuliah, aku sempat internship di Attica. Dari situ, aku pindah dan bekerja di tiga tempat, yaitu Rockpool Bar & Grill, Spice Temple, dan Rosetta Ristorante. Dan yang terakhir, bekerja di Maha Restaurant.
Apa yang dapat Anda jelaskan dari dua hidangan ‘Tribute To Women’ yang Anda sajikan hari ini?
Buat aku, perempuan sepertinya suka dengan sesuatu yang simple, clean, dan appearance-nya bagus. That’s something I want to explore actually when I came back to Indonesia. I want to explore more Indonesian flavor, but using Western technique and more defined presentation. Who doesn’t like Ayam Betutu, but you know, in pretty form?
Apakah rasa pedas yang terasa di kedua hidangan eksklusif ini juga merepresentasikan kesukaan perempuan?
Tidak juga, sebenarnya kita tidak bisa menstrereotipkan perempuan suka pedas. I don’t like spicy foods. Kalau buat aku, perempuan lebih suka rasa yang intense dibanding laki-laki. Jadi, kalau asam, sukanya yang benar-benar asam, kalau pedas, sukanya yang benar-benar pedas.
Tapi secara personal, apakah hidangan ini menggambarkan sosok perempuan?
Kalau buat aku, iya. Karena perempuan itu sangat-sangat complicated. They look simple, but they are very complicated. Hidangan ini terlihat simple, but they have to go through a lot of process and are complicated to make. Rujak nanas, terlihat sederhana, tapi di balik itu, nanasnya sendiri harus dikompres dengan jusnya lau di-infuse lagi, setelah itu dibakar. Untuk membuat satu nanas itu saja, sudah cukup rumit, meski terlihat simple.
Siapa sosok perempuan yang Anda idolakan?
For me it’s always in my mom. I think every girl adores her mom. So yea, mine is my mom.
Sebagai seorang chef perempuan, adakah kesulitan yang Anda hadapi selama menjalani karier?
For me, it’s a challenge being a female chef. Banyak sekali yang mendiskiriminasi dan menganggam remeh. And then when you see my appearance, I’m very petite. Jadi mereka berpikiran, “Uh, she’s not strong enough to be in the kitchen”. Especially when I would be in the number-one kitchen, mereka mungkin akan bilang, “No she’s not going to make it, she’s not going to make it.” But hey, I am! Memang banyak yang menstereotipkan perempuan lemah atau kaum yang tidak bisa apa-apa. Not for me.
"Woman is so strong and powerful when they actually know their self-worth, I think they’re going to push to their limits more than men can bring..."
- Chef Vebriana Hadi
Apa yang membuat Anda ingin bergabung dengan Mr. Fox?
Because Mr. Fox is me, it’s like my identity. The concept is different, but at the same time so adventurous and fun, and it’s like family. So, it’s good to join Mr. Fox.
Di Mr. Fox sendiri ada berapa chef perempuan yang membantu Anda di dapur?
We have 7 female chefs out of 15 chefs. It’s not like I don’t want to have female chef. As a female leader, I treat them as I treat men. Probably some think I’m too strong to female?
Menurut Anda sendiri, apa yang diperlukan agar seorang chef perempuan juga dapat diperhitungkan sebagai seorang chef yang baik? Mengingat lebih banyak chef laki-laki di dapur-dapur ternama. What do you think?
Kalau buat aku sendiri sih yang penting know your self-worth. If you’re not confident enough in what you’re doing, I don’t think you can push through your limits and the other boundaries and what people think or even the stereotype about women itself. If we know our self-worth, we can be even better than men.
Sebagai seorang juru masak perempuan, adakah harapan khusus untuk dunia kuliner ke depannya?
Ada banget! Aku sangat berharap akan ada banyak female chef yang muncul. Tapi bukan hanya karena ingin menjadi celebrity chef or pretty chef. But I want to see female chefs who are really strong enough to be in the kitchen and can actually lead like men in the kitchen and stand strong.
Foto: Claudio Guenno