Yura Yunita Wants You to Woman Up: Part. 2

Benarkah di balik karya, para musisi perempuan saling bersaing dalam meraih hati pendengar?

Musisi muda kelahiran 1991, Yura Yunita berada di industri hiburan bukan semata untuk mengekspresikan talenta, namun juga untuk menyelipkan pesan mengenai kesetaraan kaum perempuan di setiap karyanya. Klik di sini untuk membaca mengenai hal tersebut. Musisi yang baru saja masuk ke daftar "99 Most Inspiring Women" versi Globe Asia 2019 ini berbagi kisah dengan Kikky Dradjat Martha Blair, tentang seluk beluk industri hiburan bagi perempuan.

Top: I.K.Y.K (Foto: Reinaldy Soekamto)

Bagaimana Yura melihat industri musik sekarang, khususnya bagi musisi perempuan?
Menurut aku, sekarang gila sih, dengan ada social media. Kita jadi bisa benar-benar melihat dan semua orang punya kesempatan yang sama untuk berkarya, semua orang bisa didengar dengan mengoptimalkan social media yang ada.


Untuk musisi perempuan di industri musik sekarang, apakah mereka memiliki kesempatan yang sama?
Dulu, kita melihat bahwa semua penyanyi perempuan harus yang tinggi semampai, bajunya yang princess. Di zaman aku kecil, sepertinya semua penyanyi perempuan seperti itu. Tapi sekarang kita sudah berevolusi, semua orang bisa berekspresi dengan cara yang mereka suka. Untuk musik, kita bisa lihat dan dengar sekarang, semua penyanyi, apalagi perempuan, genre-nya sudah bermacam-macam, dan orang juga sudah pintar untuk menikmati musik idealis yang musisi perempuan buat.


Ada banyak asumsi bahwa musisi-musisi perempuan saling bersaing antar satu dengan yang lainnya, bagaimana Yura melihat hal tersebut? Mungkin di depan ramah, tapi di belakang senggol bacok.
Menurut aku enggak sih. Justru sekarang lebih eranya kolaborasi. Udah ngga zaman sih, sikut-sikutan buat apa sih?

Suit set: Friederich Herman (Foto: Reinaldy Soekamto)

Yakin, memangnya sebaik itu semua penyanyi Indonesia?
Ngga tau ya, kalau aku dapat cerita dari penyayi yang dari senior, katanya dulu gitu. Tapi kalau sekarang, semua penyanyi jadi teman.

 

"Aku juga punya visi bahwa musik itu perlu punya ekosistem yang baik, dimulai dari musisi itu sendiri."
- Yura Yunita


Jadi teman-teman yang duet juga teman-teman main, jadi tidak ada [persaingan -red] tuh. Tetapi tetap saja kita juga perlu mempunyai standar, meski bebas berkolaborasi, tapi memang gaya menyanyinya harus cocok.


Yura pernah menggandeng musisi-musisi besar di Indonesia, seperti Glenn Fredly. Siapa musisi yang ingin sekali Yura ajak berkolaborasi, baik musisi Indonesia dan internasional, ke depannya?
Hmm.. siapa ya, aku kepingin sama Chrisye, tapi beliau sudah almarhum. Tapi kalau penyanyi luar sih PJ Morton. Dulu juga sebenarnya ingin kolaborasi dengan Brian Mcknight dan David Foster, tapi udah kejadian. Jadi ya sekarang pingin banget sama PJ Morton.


Satu lagu Yura yang paling personal?
"Intuisi", karena berdasarkan pengalaman pribadi sekali.


Jadi tidak ada lagu untuk mantan?
Ya, itu buat mantan. Jadi, itu lagu tentang pengalaman aku berhubungan Long Distance Relationship, akhirnya saat kita bertemu lagi, dia berubah sekali, kayak robot. Itu sakit banget sih, mungkin teman-teman dengerin lagu ini hanya 3 menit, tapi aku deep-nya selama tiga tahun.


Ini yang selalu gue tanyain ke semua musisi. Katanya, kalau lagi senang, buat satu lagu susah banget. Tapi kalau lagi galau, sepuluh lagu jadi.
Nah, gue 'kan Gemini yang mood-nya fluktuatif banget. Kalau lagi happy, happy banget. Kalau lagi sedih, sedih banget. Jadi lebih mudah buat lagu ketika lagi happy banget atau sedih banget.

Outer: Orel (Foto: Reinaldy Soekamto)

Jadi lagu "Intuisi" itu pas lagi down banget?
Wah, bukan down lagi. Ada down, di bawah down, apa tuh?


Udah hit rock bottom tuh ya? Nah, ada feedback dari mantan setelah itu?
Oh, abis itu udah nggak mau kontak sama sekali. Lagu ini untuk dirilis saja.


Lady Gaga saja sampai dendam sama mantannya...
Duh, aku sih nggak sampai dendam ya... Tapi gara-gara sakit hati, alhamdulilah, aku dapat penghargaan.


Aliran musik Yura bisa dibilang berbeda dengan aliran kebanyakan musisi perempuan di Indonesia, apakah akan terus seperti ini aliran musik seorang Yura Yunita? Atau kalau memang dibutuhkan oleh industri musik Indonesia, kamu bisa jadi bunglon juga?
Bunglon, nggak sih. Mungkin sekarang aku seperti ini, tapi dua tahun ke depan mungkin selera musik aku berubah atau mungkin akan suka dengan sesuatu yang baru, sangat memungkinkan untuk melakukan hal yang baru, tapi tidak meninggalkan DNA dari Yura Yunita sendiri.

 

Photo Credits:
Foto: Reinaldy Soekamto
Penata Gaya: Dista Maria Zefanya

Ast. Penata Gaya: Sharrona Valezka
Penata Rias & Rambut: Intan Achmad
Busana: I.K.Y.K, Orel, Friederich Herman
Lokasi: Future Studio