The Heat is On, Singapore!

Haute Culture

Sebuah flashback dari lima belas tahun atau dua puluh tahun yang lalu, suatu ketika dimana Singapura menjadi suatu destinasi yang kerap kali dikunjungi untuk short getaway bagi kaum urban di negeri ini. Negara yang cukup ditempuh dengan pesawat hanya satu jam tiga puluh menit itu pernah menjadi surga berbelanja dan tempat mencuci mata sejenak.

 

Namun sejak negara tersebut kian memiliki nilai mata uang yang tinggi tentu menjadi keengganan bagi siapa pun untuk mengunjungi. Pasalnya berkunjung ke negara tetangga seharusnya tidak perlu merogoh kocek terlalu banyak, karena jarak tempuh yang dekat dan pula bersahabat untuk melakukan relaksasi disana.

 

Kiranya hal tersebutlah yang saya rasakan ketika mengunjungi kota tersebut untuk suatu akhir pekan beberapa waktu yang lalu. Berniat untuk meringankan pikiran, namun tak sepenuhnya all out dikarenakan pertimbangan diberbagai sisi.

 

Namun negara tersebut nyatanya cukup lihai untuk membuat pendatang dari berbagai pelosok kerap menjejaki kaki disana. Salah satunya adalah keaktifan mereka dalam mendatangkan para musisi dunia seperti Taylor Swift beberapa waktu lalu, masyarakat yang berdomisili di negara tetangga pun mengerahkan tenaga dan uang untuk memperjuangkan diri mereka demi konser tersebut. 

 

Dan selang beberapa bulan, di tahun ini Sands Theater yang berlokasi di Marina Bay Sands mendatangkan musikal legendaris Miss Saigon. Tentu ini adalah suatu bukti kalau negara tersebut akan membuat para pendatangnya berulang kali berkunjung kesana.

Musikal karya Claude-Michel Schönberg dan Alain Boublil ini pertama kali dipentaskan di London pada tahun 1989 yang silam. Dan selama perjalanannya sampai detik ini musikal tersebut masih menjadi perbincangan bagi para pecinta teater. Bagi saya sendiri membutuhkan waktu 18 tahun penantian untuk akhirnya dapat menyaksikan pagelaran ini dengan mata kepala sendiri.

 

Teater musikal yang sempat tidak dipentaskan untuk waktu yang panjang, akhirnya diproduksi kembali dan bahkan menyambangi Asia Tenggara. Miss Saigon yang bercerita mengenai kisah cinta tragis antara gadis Vietnam dan tentara Amerika ini mengambil latar Vietnam di masa perang tahun 1970-an. Alunan lagu-lagu indah yang mengisi setiap scene teater ini dipentaskan oleh pemeran yang mayoritas berdarah Asia, dengan kualitas suara dan akting yang luar biasa.

Tata panggung dan teknis yang disuguhkan pun memang tak main-main, maka tak mengherankan kalau produksi ini masih diincar oleh para pecinta musikal di belahan dunia mana pun. Dapat dikatakan keseluruhan elemen yang dikemas dalam musikal ini adalah dalam paket lengkap yang didambakan. Dan sekali lagi Sands Theater dapat mengakomodir kepentingan teknis tersebut dengan sangat maksimal.

Mungkin inilah yang kerap kali dicari oleh para wisatawan dari negara tetangga yang datang ke Singapura. Bahwa kendati nilai mata uang dan harga kebutuhan hidup disana mahal, namun tetap menjadi pilihan untuk memenuhi kepentingan penghibur diri.

Jika bicara harga, ya sudahlah! Karena untuk suatu kepuasan diri, terkadang manusia harus menutup mata.