Sudah selayaknya bahwa tahun baru dirayakan dengan sangat Istimewa. Maka begitu pula lah untuk Tahun Baru Cina yang akan hadir dalam hitungan minggu. Segala persiapan pun di maksimalkan sedemikian rupa, salah satunya dengan penampilan. Beberapa desainer di tanah air pun telah mempersiapkan koleksi khusus untuk para pecinta karyanya. Siapa sajakah mereka?
Bertempat di restoran Orient 8 – Hotel Mulia Senayan, kedua desainer yang telah malang melintang di industri mode Indonesia menyapa tahun 2025 ini dengan suatu gebrakan kreasi khusus menyambut tahun Ular Kayu. Seperti apakah presentasi tersebut?
Sebastian Gunawan
Layaknya di tahun-tahun sebelumnya bahwa beberapa nama besar di ranah mode Indonesia secara konsisten menggelar presentasinya khusus untuk koleksi lunar, seperti salah satunya Sebastian Gunawan. Desainer yang telah dikenal sejak tahun 90-an ini sangat piawai dalam membuat gaun malam nan indah. Dengan siluetnya yang feminim, motif floral berukuran besar, dan warna-warna yang dinamis. Kendati signature khas rancangannya dapat dikenal dengan mudah, namun selalu ada twist yang ia mainkan di setiap koleksi barunya. Maka untuk koleksi imlek ini, Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese mengajak para pecinta mode untuk mengeksplorasi pakaian cheongsam dalam rasa yang berbeda.
Dibawah tajuk GAI SHÀN kedua pasangan desainer ini mengintepretasikan pakaian khas tradisional tersebut diatas material yang didominasi dengan off white. Permainan aksen pun ditonjolkan dalam berbagai material, seperti fur, dan lace. Sementara untuk beberapa look Sebastian Gunawan juga menambahkan drapery sebagai penyegar dari beberapa gaun yang bersiluet minimalis. Dan uniknya pula, untuk pertama kalinya desainer yang tergabung dalam IFDC ini menciptakan koleksi menswear untuk pertama kalinya. Dengan style dan nafas yang kekinian, Sebastian tampak sangat menikmati dalam mengeksplorasi ranah menswear tersebut. Hal tersebut membuktikan bahwa sekalipun pakaian tradisional mempunyai ciri khas sendiri, namun nyatanya tetap dapat dibuat kekinian.
Ghea Panggabean
Disisi lain desainer Ghea Panggabean justru menggali esensi Tiongkok dari point of view yang lain. Ghea memilih untuk menarik benang merah tersebut dari sisi peranakan, yakni budaya Cina yang telah membaur dengan budaya Indonesia. Sehingga melahirkan karya baru yang lebih sarat makna dan mendalam. Dengan mengangkat tajuk Threads of Legacy – Peranakan Reinvented, Ghea mengangkat kekayaan budaya peranakan yang ada di Pekalongan dan daerah pesisir. Hasilnya adalah tervisualkan dalam kebaya Encim yang elegan, dengan pengaruh motif-motif Chinoiserie yang lemuh arti/symbol motifnya. Diantaranya adalah motif phoenix/lokcan.
Koleksi yang didominasi oleh pakaian wanita ini, juga dilengkapi dengan koleksi menswear yang turut memberi andil penting dalam keseluruhan presentasi tersebut.
“Melalui koleksi ini, kami ingin memberikan penghormatan terhadapa warisan budaya Tiongkok yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari Masyarakat Indonesia, sambil menghadirkan intepretasi baru yang modern dan relevan” ungkap Ghea Panggabean.