Menggunting dalam lipatan. Sebuah peribahasa yang berarti keegoisan, hendak selamat badan sendiri, dan tidak peduli dengan kerugian yang ditimbulkan kepada orang lain. Ketika membaca kalimat ini saya langsung teringat akan sebuah pengalaman pribadi.
Mungkin benar apa yang dikatakan oleh banyak orang, bahwa traveling menjadikan kita mengenal lebih dekat partner traveling kita. Pasalnya dalam 72 jam itu manusia akan menunjukkan karakter aslinya. Hal ini juga dapat disebabkan selama berjam-jam kebersamaan tersebut, manusia tak hanya saling bertukar topik pembicaraan, tetapi juga saling bertukar energi. Ditambah lagi ketika traveling umumnya manusia akan disibukkan dengan aktivitas yang membuat satu sama lainnya merasa lelah, baik fisik dan juga perasaan.
Maka beragam hal kecil yang kurang berkenan bisa saja menjadi sangkutan di dalam hati. Apalagi jika hal tersebut berupa sangkutan uang, maka akan lebih ‘resep’ pula rasanya. Beberapa waktu yang lalu saya sempat traveling dengan seorang teman lama, dapat dikatakan ini adalah pertama kalinya kami traveling, setelah kenal lama. Nyatanya kendati kami sudah kenal berpuluh-puluh tahun, tak berarti kami saling kenal satu sama lain. Banyak hal-hal yang harus dipelajari dari seseorang tersebut, maupun sebaliknya.
Kendati kami selalu dalam suasana penuh keceriaan, namun rupanya tetap ada tabiat yang kurang berkenan. Salah satunya adalah sikap egois yang merugikan orang lain. Seperti berhutang dan enggan membayar. Peliknya lagi ketika ditagih melalui WhatsApp ia tidak membalas sepatah kata pun.
Tentu hal ini menjadi pergunjingan banyak orang. Bagaimana tidak? Keegoisannya tersebut tentu merugikan orang lain. Seperti yang diketahui, pasti orang yang meminjamkan uang tersebut, pasti memiliki banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Intinya sekecil apapun nominalnya pasti berarti.
Mungkin buat orang yang melakukan kelakuan buruk ini, sudah menjadi hal yang lumrah. Dan tidak ada perasaan bersalah. Tetapi untuk orang yang dirugikan, selain rugi secara finansial juga rugi energi. Pasalnya perasaan kesal akan emosi juga membutuhkan energi untuk diluapkan.
Photo by Freddie Addery - Pexels.com