Dari Bandung hingga Bali, perjalanan Mia Diwasasri menemukan bentuk barunya melalui pameran terbarunya SOCA. “Soca” dalam bahasa Sunda berarti “mata”, yang dihadirkan Mia sebagai simbol perjalanan panjangnya: dari studio ke ruang pameran, dari fragmen menuju keberagaman diri. Pameran ini berlangsung di Ruang Arta Derau (RAD) pada 22 Agustus hingga 20 September 2025.
Keramik dan lukisan dalam SOCA menyimpan dunia diluar logika. Mata yang terlepas dari wajah, ikan yang berenang di udara, hingga figur perempuan di atas lautan, semua hadir sebagai metafora identitas yang tidak pernah benar - benar utuh. Alih - alih menutupinya, Mia merangkul keterpecahan itu sebagai kenyataan yang membentuk manusia.
Sebagian gagasannya berakar dari filosofi Kanda Pat Bali, yang sejak awal mengakui bahwa manusia dilahirkan bersama empat pendamping sakral. Dari titik ini, Mia menemukan bahasa visual untuk mengungkap pluralitas diri pandangan yang berkelindan dengan pengalamannya sebagai perempuan, ibu, sekaligus seniman, yang senantiasa berada di bawah tatapan sosial.
SOCA juga merefleksikan cara pandang Mia terhadap hubungan antara melihat dan dilihat. Dalam karya - karyanya, mata tidak hanya berfungsi sebagai organ penglihatan, melainkan simbol kesadaran diri, keterhubungan dengan yang lain, dan ruang negosiasi identitas yang terus bergerak.
Ruang Arta Derau (RAD), dengan semangatnya yang terbuka terhadap refleksi dan eksperimen, menjadi tempat yang selaras bagi karya - karya ini. Di sini, SOCA bukan sekadar pameran seni, melainkan ruang pertemuan: antara seniman dan pengunjung, antara fragmen dan keutuhan baru yang lahir dari tatapan.