Oma Elly Private Dining is The Highlight of My Dining Experience in 2019 (So Far)!

Mari berkenalan dengan Oma Elly yang mampu menghangatkan hati dan lidah Anda!

Sudah cukup lama saya mengidamkan sebuah pengalaman bersantap yang dapat mengejutkan hati dan lidah dengan rasa puas. Hingga akhirnya sebuah kiriman pesan dari Oma Elly melalui media sosial di Minggu lalu menimbulkan rasa tanya yang begitu besar. Apalagi di saat bersamaan, atasan saya juga turut melihat beberapa unggahan tentang Oma Elly dan bertanya kepada saya tentang restoran ini. Apa dan di mana sebenarnya Oma Elly, pikir saya saat itu.

Dengan bersemangat, saya mengendarai kendaraan ke Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan. Ketika layanan map berkendara berhenti di titik tujuan, tepatnya di depan sebuah gedung gelap dengan dinding biru, saya cukup dibuat bingung. Tidak ada tanda-tanda apapun yang menginformasikan keberadaan restoran ini sama sekali. Untunglah ada seorang petugas keamanan yang dapat saya tanya, dan ia mengonfirmasi bahwa saya sampai di destinasi yang tepat. Oma Elly terletak di lantai 1 gedung tersebut. Ketika pintu lift terbuka, saya masih harus sedikit menelusuri lorong remang untuk akhirnya sampai di sebuah dapur besar yang terisi dengan perlengkapan memasak. Tapi rasa penasaran saya malah justru semakin memuncak, karena memang di sanalah tempat saya akan menikmati jamuan malam itu.

Interior Oma Elly (Foto: Andreas Winfrey)
Interior Oma Elly (Foto: Andreas Winfrey)

Nyatanya, Oma Elly adalah sebuah pop-up restaurant dari Chef Andry Susanto, yang tak lain adalah cucu dari seorang perempuan Italia bernama Elly, atau yang disebut Oma Elly. Ia mendedikasikan kegiatan memasaknya ini untuk sang nenek yang telah tiada, melalui beragam kreasi hidangan yang memang secara personal terinspirasi dari Oma Elly. Sila terus membaca untuk mengerti apa yang saya maksud dengan kata 'personal'.

Chef Andry Susanto (Foto: Andreas Winfrey)
Chef Andry Susanto (Foto: Andreas Winfrey)

Malam itu saya akan menikmati enam kreasi dari Chef Andry. Hal paling saya sukai dari restoran ini adalah bahwa sang juru masak tidak hanya sekadar mempersembahkan hidangan yang mampu membuat lidah saya bergejolak senang, tetapi Chef Andry secara sempurna menyentuh sisi emosional para tamu melalui kisah-kisah kedekatannya dengan Oma Elly yang ia ceritakan sebelum para tamu menyantap hidangan di atas meja. Saya yang tidak pernah bertemu dengan Oma Elly, seakan mengenal sosok sang nenek setelah selesai menyantap keseluruhan set menu malam itu.

Menu Oma Elly (Foto: Andreas Winfrey)

Dapur yang dijadikan lokasi restoran, meski berisi berbagai peralatan canggih yang mungkin tidak ada di dapur-dapur rumahan, entah bagaimana menjadi terkesan hangat, sehingga acara santap malam terasa begitu intim. Bisa jadi juga, karena di setiap acaranya, Oma Elly Private Dining hanya menerima tidak lebih dari 20 tamu. Bahkan meja yang menjadi meja makan, sebenarnya adalah meja memasak. Saya merasa seperti berada di dapur Oma Elly, meski tidak pernah tahu seperti apa dapur Oma Elly sebenarnya. Tanpa sekat antara dapur dan area makan, Anda dapat melihat sibuknya aksi para juru masak mempersiapkan hidangan. Kadang terdengar kebisingan, namun saya rasa itu salah satu esensi dari pengalaman bersantap di restoran ini.


COSMOPOLITAN SPHERE & EGG ON TOAST
Acara makan malam dimulai dari sebuah minuman soda menyegarkan bernama Cosmopolitan Sphere, dengan tambahan boba renyah berisi cairan asam. Tak lama setelahnya, tersajilah hidangan dengan presentasi menarik yang tidak ada dalam menu (amuse-bouche). Ketika Chef Andry berkata hidangan itu sebenarnya adalah egg on toast, saya sedikit heran karena presentasinya yang tidak sama sekali menggambarkan hidangan tersebut. Berdasarkan kisah, dulu ketika ia masih kecil, Oma Elly kerap mengadakan lomba untuk cucu-cucunya, siapa yang dapat membuat egg on toast terenak. Dari situlah ia mendapat inspirasi untuk mempersembahkan hidangan amuse-bouche ini untuk kami.

Cosmopolitan Sphere (kanan) & Amuse-bouche egg on toast (kiri) (Foto: Andreas Winfrey)


SALMON GRAVLAX
Hidangan selanjutnya adalah Salmon Gravlax yang tersaji dengan beetroot gelato di atas puffed capers. Chef Andry membawa kita ke zaman awal Oma Elly menapakkan kaki di Indonesia, ketika pada zaman itu, masih belum ada lemari pendingin, sehingga masyarakat biasanya menaburi garam pada ikan agar dapat tahan lebih lama. Dari cerita Oma Elly itu, akhirnya Chef Andry mengangkat hal yang sama, dengan mengkreasikan ikan salmon segar yang ditaburi garam, diproses selama dua hari, kemudian menyajikannya dengan inovasi bumbu berbentuk beetroot gelato. Awalnya terasa cukup aneh untuk menyantap salmon asin dengan beetroot gelato yang manis dan dingin. Tapi ketika saya memberanikan diri untuk mencicipinya, kombinasi rasanya sungguh lezat.

Salmon Gravlax (Foto: Dok. Oma Elly)


LOBSTER RAVIOLO
Sebagai keluarga keturunan Italia, tentu hidup Chef Andry dan juga Oma Elly erat dengan pasta. Dengan itu, santap malam saya juga diisi dengan Lobster Raviolo. "Kenapa Raviolo, karena Raviolo adalah singular form dari Ravioli dalam bahasa Italia. Kalau lebih dari satu, baru disebut Ravioli," ujar Chef Andry menjelaskan. Sebuah Raviolo besar hadir di hadapan. Ketika raviolo dibelah, kuning telur meleleh keluar, bercampur dengan kuah saus yang merupakan lobster bisque.

Lobster Raviolo (Foto: Andreas Winfrey)


TAGLIATELLE FRESH TRUFFLE
Hidangan selanjutnya yang saya santap adalah Tagliatelle Fresh Truffle. Menariknya, pasta tagliatelle dibuat dengan sisik, yang berdasarkan penjelasan dari Chef Andry, agar bumbu dapat bersatu dengan pasta ketika dilahap. Penyajian jamur truffle dengan aroma yang kuat diiris di hadapan tamu. Dengan demikian, bagi Anda yang kurang menyukai aroma truffle dapat mengukur sendiri porsi irisan truffle yang diinginkan.

Tagliatelle Fresh Truffle (Foto: Andreas Winfrey)


WAGYU THREE WAY
Seakan belum puas menyantap banyak hidangan, kami kemudian disajikan primadona dari keseluruhan santap malam tersebut. Wagyu Three Way ini terdiri dari MBS 11 Striploin Ponzu Jelly dengan presentasi bumbu ponzu berbentuk jelly agar ketika dinikmati bumbu tidak bertumpah ruah, MBS 11 Striploin Katsu Sando yang merupakan sandwich berisi daging sapi, dan 48hrs Braised Wagyu Cheek di atas mashed potato. My favorite? MBS 11 Striploin Ponzu Jelly yang begitu tender ketika dilumat!

Wagyu Three Way (Foto: Dok. Oma Elly & Andreas Winfrey)


DAILY DESSERT
Sebagai penutup, sebuah choux disajikan. Resep awal dari hidangan ini diambil dari kisah Oma Elly yang mengidap diabetes, sehingga Chef Andry pada saat itu berusaha menemukan cara membuat es krim manis yang aman dikonsumsi. Maka, ketika menikmati choux ini, tidak akan ada rasa bersalah bagi Anda yang memperhatikan masalah kesehatan atau berat badan!

Daily Dessert - Choux (Foto: Dok. Andreas Winfrey)

Setelah selesai menyantap hidangan penutup, ternyata makan malam tidak langsung berhenti di sana. Chef Andry kembali mendekati para tamu untuk bercengkrama sejenak, bahkan sempat menawari kami untuk mencicipi tiramisu buatannya. Harga untuk keseluruhan santap malam seperti yang saya nikmati adalah Rp850.000++/pax, dengan kewajiban reservasi terlebih dahulu.

Malam itu, saya mendapat lebih dari deretan hidangan super lezat, saya pulang dengan sebuah pengalaman berarti. It is hard to find chefs who cook from the bottom of their hearts nowadays. Trust me.