Oldies But Goodies

Historikal, emosional, dan tak sekedar berkhayal

Haute Culture

 

Generasi muda saat ini mungkin lebih banyak terpapar terhadap segala sesuatu berwujud digital. Hingga ragam investasi dalam ranah seni pun dilakukan dalam dunia maya. Namun pernahkah terlintas dalam pikiran Anda mengenai sesuatu investasi yang memiliki nilai sejarah dan nilai emosional? Karena sebenarnya suatu nilai seni tak hanya dapat dilihat dari wujud visualnya, dan inspirasi sang pencipta yang terkandung didalamnya. Melainkan banyak sisi lain yang patut dipertimbangkan. 

 

Jika Anda pernah melihat film berlatar tahun 1800-an, maka tentunya akan sangat familiar dengan wujud kopor berbentuk peti atau yang dikenal dengan sebutan trunk. Kopor yang dibuat berbagai ukuran ini digunakan untuk membawa baju, topi, buku, hingga tempat tidur lipat.

 

 

Sekitar dua ratus tahun lalu aktivitas traveling bukanlah suatu yang praktis bagi setiap orang, terutama para bangsawan. Traveling membutuhkan waktu yang panjang, itulah mengapa segala macam kebutuhan selama perjalanan harus dibawa. Tak hanya pakaian dan atributnya, bermacam kebutuhan pendukung pun harus diturutsertakan.

 

Maka dapat dibayangkan bagaimana ketidakpraktisan untuk traveling pada masa itu. Ditambah lagi penyusunan barang-barang di dalam trunk tersebut pun tak sama layaknya menyusun barang di dalam kopor. Oleh sebab itu, segala cara untuk membuat desain bagian dalam dari trunk ini pun dirancang sedemikian rupa dengan beragam kompartemen, sehingga barang yang ada didalamnya tak akan kusut atau rusak, sekali pun perjalanan berbulan-bulan.

 

Pada tahun 1854 seorang trunk maker bernama Louis Vuitton mendirikan workshop pertamanya yang berlokasi di rue Neuve des Capucines. Alasan ia mendirikan workshop tersebut dikarenakan bekal pengalamannya dalam membuat trunk selama 17 tahun. Namanya pun semakin menanjak ketika ia mempelopori dalam penciptaan trunk berkualitas waterproof untuk pertama kalinya. Dengan bentuk desain yang apik, trunk tersebut tak hanya memenuhi kapasitasnya secara estetik, tetapi juga fungsional.

 

Dari awal perjalanan sejarah tersebut trunk saat ini menjadi suatu item yang ikonik untuk brand Louis Vuitton. Hingga detik ini trunk ciptaan Louis Vuitton masih diciptakan handmade. Pembuatan trunk sendiri pun memakan proses tahunan, terlebih lagi untuk pemesanan made-to-order. Hal inilah yang menjadikan produk ini memiliki harga yang sangat mahal. Tak hanya nilai historikal yang ada di dalamnya, tetapi produk tersebut memang diciptakan sesuai kebutuhan sang pembelinya.

 

Kendati saat ini trunk tidak lagi digunakan sebagai kopor untuk aktivitas traveling, namun produk ini masih diburu oleh para kolektor, baik pecinta seni maupun fashion. Harga yang ditawarkan pun mencapai milyaran, sekalipun produk ini second hand. Bahkan tak sedikit dari para pemiliknya menjadikan benda ini adalah aset investasi. Tak hanya sebagai apresiasi terhadap karya seni, tetapi juga investasi. Bagaimana dengan Anda, apakah Anda lebih memilih trunk sebagai investasi seni, atau NFT masih menjadi pilihan Anda dalam berinvestasi seni? Kalau saya pribadi masih lebih memilih segala sesuatu berwujud barang, karena selain memiliki nilai historikal, mereka juga lebih memiliki nilai emosional.   

Foto: Reza Bustami