Murai Arts Projects “The Knight’s Dream” Menyatukan Tiga Semesta dalam Satu Mimpi

Murai Arts Project kembali hadir dengan eksibisi seni terbarunya bertajuk “The Knight’s Dream”. Tiga seniman muda, yakni Rato, Gula, dan Apin, dipercaya menjadi “ksatria” dalam dunia yang mereka bangun sendiri. Mereka bertindak sebagai pencerita (storyteller), dengan pedang dan perisai berupa karya seni yang merepresentasikan ruang hidup serta visi artistik masing-masing.

“The Knight’s Dream” merupakan kolaborasi perdana antara ketiga seniman tersebut, sekaligus menjadi debut mereka bersama Murai Arts Project. Bagi Rato, proyek ini menjadi pengalaman yang menantang namun membuka peluang baru dalam proses kreatifnya. "Kami ini biasanya bekerja secara individual, menjaga teritori masing-masing. Tapi kali ini kami mencoba membuka pintu untuk intervensi satu sama lain," ujar Rato.

Sementara itu, Gula menyampaikan bahwa keterlibatannya dalam proyek ini memberinya kesempatan untuk melampaui zona nyaman. “Saya melihat Murai Arts Project cukup terbuka dengan eksplorasi materi dan ide-ide baru, itu yang bikin saya tertarik,” ujarnya.

Apin, yang untuk pertama kalinya mencoba medium tiga dimensi, menilai proyek ini sebagai lompatan besar dalam kariernya. "Saya terbiasa bekerja dengan medium dua dimensi. Di proyek ini, saya harus mencoba pendekatan baru dalam bentuk struktur dan pose yang memberikan tantangan tersendiri," jelasnya.

Simbolisme dan Visi Bersama

Proyek ini tidak hanya menyatukan karya, tetapi juga visi. Ketiganya harus menyelaraskan idealisme pribadi demi membentuk karya kolaboratif yang utuh. “Tantangannya bukan hanya waktu dan jarak, tapi juga menyatukan visi karena masing-masing dari kami punya universe dan karakter sendiri-sendiri,” ungkap Gula.

Inspirasi tema “The Knight’s Dream” sendiri lahir dari diskusi mendalam dengan tim kurator Murai Arts Project. “Kami duduk bersama dan mencoba melebur semangat kami dalam satu ide. Kami bukan ksatria dengan senjata, tetapi dengan karya,” jelas Rato. Hal ini juga ditegaskan oleh Gula, “Judul ini seperti simbol perjuangan pribadi kami dalam dunia seni yang kami bangun.”

Salah satu karya utama dalam pameran ini terinspirasi dari permainan tradisional panjat pinang, yang melambangkan semangat gotong royong dan perjuangan bersama. "Kami ingin mengingatkan bahwa tidak semua harus berada di atas, tidak juga di bawah, tapi bisa bergantian untuk mencapai tujuan bersama," kata Rato.

Proses Panjang, Refleksi Mendalam

Persiapan pameran ini memakan waktu hingga satu tahun. “Sebenarnya sudah direncanakan dari tahun lalu, sempat mundur karena dinamika, tapi akhirnya selesai,” jelas Gula. Tantangan terbesar justru terletak pada koordinasi lintas lokasi, karena ketiganya tinggal di kota yang berbeda.

Namun, di balik semua tantangan, terdapat refleksi mendalam yang ingin disampaikan para seniman melalui karya kolaboratif ini. “Percaya saja sama karyamu. Kadang kita nggak tahu karya itu bisa membawa kita sejauh apa. Kami pun nggak menyangka bisa sampai di titik ini,” ujar Gula.

Rato menambahkan, “Melalui kolaborasi ini, kami nggak hanya kerja bareng sebagai seniman, tapi juga melibatkan media, kurator, dan tim produksi. Ini bisa jadi langkah kecil menuju sesuatu yang lebih besar, siapa tahu ke depan kita bisa bangun mimpi baru lagi.”

Apin menutup dengan harapan: “Mungkin karya ini bisa jadi ide baru buat teman-teman kreatif di luar sana. Semoga ini memicu kolaborasi dan semangat eksplorasi yang lebih luas lagi.”

Pameran “The Knight’s Dream” telah dibuka pada 15 Mei 2025 dan berlangsung dari 16 hingga 31 Mei 2025, bertempat di JPLive! Space, The Jakarta Post Building, Lantai 5, Jl. Palmerah Barat, Jakarta Barat. Pameran ini terbuka untuk umum dan diharapkan menjadi ruang dialog lintas disiplin bagi para penikmat seni.