Pernahkah kamu mengalami situasi dimana suatu hubungan antar sesama manusia, tidak dalam keadaan kondusif. Entah dikarenakan mercury retrograde, atau apapun yang menjadikan hubungan diantara manusia terasa salah. Sama halnya ketika Anda sedang terjangkit influenza, dan palet lidah Anda menjadi hilang rasa.
Kiranya hal tersebutlah menggambarkan bagaimana ketika komunikasi antara sesama manusia sedang tidak dalam frekuensi yang sama. Nila setitik rusak susu sebelanga, akibat satu dan lain hal hubungan antara manusia bisa berantakan hanya dengan perbuatan yang tidak pada tempatnya atau menjaga pribadi orang lain.
Tak hanya dalam hubungan asmara, dalam hubungan pekerjaan pun dapat terjadi friksi di dalamnya. Ketidaksamaan visi dan misi dapat membuat sudut pandang dalam melihat sesuatu menjadi berbeda. Dan jika perbedaan tersebut tidak di toleransi dengan lapang dada. Maka hubungan baik tersebut pun akan retak dan patah.
Sebuah hubungan pria dan wanita yang telah diikat oleh sumpah pernikahan saja, dapat kandas dan bercerai berkat komunikasi yang tak berjalan dengan baik. Dan akhirnya perasaan cinta yang semula beragam rasanya menjadi hambar karena mati rasa.
Manusia memang terlahir dengan ego-nya masing-masing. Namun bagaimana caranya menurunkan ego, tentu adalah buku pelajaran tersendiri dalam hidup yang memilki chapter beratus-ratus halaman. Dan sekalinya Anda berhasil menyelesaikan buku Pelajaran ini, Anda harus mengulanginya lagi dari awal. Karena sumber permasalahan antara sesama manusia saling salah paham adalah dikarenakan ego masing-masing yang tak ingin diturunkan.
Hubungan yang sudah tak kondusif, menyebabkan pemicu adanya mati rasa diantara manusia. Untuk itulah perlunya satu sama lain untuk saling menurunkan ego, agar komunikasi dapat tetap harus berjalan.
Namun bagaimanakah dengan value harga diri, jika seseorang tersebut direndahkan, hingga tak bersisa, haruskah orang tersebut mengubur ego-nya untuk menyelamatkan sebuah hubungan. Baik itu hubungan asmara ataupun pekerjaan?
Tentu jawabannya tergantung Anda para pembaca, apakah suatu value akan diri Anda patut diperjuangkan? Atau didiamkam saja hingga waktunya usai?
Photo by Cottobro-Pexels.com