Tentu sudah menjadi tugas dari masyarakat negeri ini untuk terus melestarikan budaya bangsa. Salah satunya adalah wastra yang menjadi warisan budaya tanah air kita. Untuk itulah ‘Kain Negeri’ salah satu presentasi yang menampilkan karya para desainer Indonesia secara konsisten diadakan setiap tahunnya.
Program yang menjadi salah satu agenda IFDC (Indonesian Fashion Designer Council) kembali diadakan pada tanggal 26 Juli 2024 yang lalu. Acara yang terangkum dalam rangkaian JF3 tersebut mengambil Lokasi di La Piazza Kelapa Gading.
Kendati presentasi tersebut mengambil benang merah seputar wastra, namun akan selalu ada kejutan baru yang menambah sejarah perjalanan mode disetiap tahunnya. Dan tahun ini melibatkan lima nama yang turut mengukir presentasi tersebut.
Dibawah tenda putih yang mengisi bagian outdoor La Piazza, mereka diantaranya adalah Adeline Esther, Rama Dauhan, Ria Miranda, Wilsen Willim dan Yosafat Dwi Kurniawan yang mana masing-masing dari mereka telah memiliki gaya desain yang kuat dalam mengintepretasikan wastra ke dalam DNA karya mereka.
Desainer muda Adeline Esther pada presentasi tersebut mengusung tajuk ‘Keong Mas’ yang dijabarkan diatas kain Batik Pekalongan. Tentu bukan Adeline Esther namanya apabila tak memberikan wow effect dalam rancangannya. Karena beberapa koleksinya malam itu diperkaya aksen ribuan kancing, payet dan hiasan lainnya yang memberikan aksi dramatis dalam karyanya.
Sementara terasa begitu kontras dengan apa yang ditampilkan oleh Ria Miranda, dengan pilihan wastra Tenun Garut dalam palet warna lembut dan manis yang menjadi signature sang desainer sejak kehadirannya di ranah modest wear lebih dari satu dekade yang lalu.
Dua desainer wanita tersebut tampak memiliki andil khusus dalam presentasi ‘Kain Negeri’ kemarin. Disisi lain 3 desainer pria lainnya pun mencoba mendominasi runway dengan kepiawaiannya masing-masing. Seperti Wilsen Willim dalam tajuk ‘Lintas Waktu’ yang merupakan hasil kolaborasinya dengan Chandra Satria, yang berprofesi sebagai seniman, kolektor dan pemerhati wastra, untuk mengangkat karya Maestro Tenun Sutera, Simon ‘Lenan’ Setijoko.
Desainer muda Yosafat pun tak mau kalah laga dengan presentasinya yang membawa songket sebagai medium karyanya dalam tajuk ‘Si Cantik Manis’. Walhasil rangkaian busana Ready-to-Wear yang didominasi warna kelabu dan silver menjadi pembuka dalam presentasi ‘Kain Negeri’ malam itu.
Dan dalam tajuk ‘Gelora’ desainer Rama Dauhan mencoba menyampaikan gelora jiwanya dalam merangkai pesan tersirat yang terinspirasi dari Hasrat para selir
Keraton Surakarta. Sebanyak delapan set busana Rama menerjemahkan inovasinya diatas kain Batik Solo, dalam konsep androgyny. Dan dalam Gelora inilah Rama mencoba menyisipkan pemberontakan peran gender dalam tatanan kerajaan.
Lantas dari kelima kesatria Kain Negeri berikut siapakah yang berhasil merebut hati Anda?