Intimidate

Common Sense

 

Pernahkah Anda merasa terintimidasi? Walaupun tanpa adanya tindak bullying, cercaan atau makian bahkan perlakuan seseorang yang menjatuhkan diri Anda. Namun perasaan terintimidasi tersebut muncul dengan sendirinya tanpa adanya tekanan yang nyata.

 

Perasaan terintimidasi tersebut bisa saja hadir, misalnya berada dalam suatu ruangan gym yang dipenuhi oleh orang-orang dengan tubuh atletis. Sementara tubuh kita tidak dalam bentuk yang proporsional. Sehingga tanpa ada ucapan sepatah kata pun, pemandangan visual yang ada di depan mata sudah menurunkan mental dan percaya diri.

 

Ataupun misalnya ketika kita berada dalam satu meja makan dengan sekumpulan orang yang pernah tinggal atau bersekolah di luar negeri. Sementara kita tak pernah memiliki pengalaman tersebut, dan seketika topik pembicaraan adalah seputar kehidupan di luar negeri. Maka selain tidak relate dengan topiknya perasaan terintimidasi tersebut pun muncul, dan paling parahnya adalah merasa hidup ini tak adil dan tidak seberuntung orang lain.

 

Belum lagi apabila kita berada dalam suatu perkumpulan, yang mana setiap individunya notabene adalah orang-orang yang telah sukses dalam pencapaian kariernya. Maka flexing-flexing pencapaian, pendapatan dan kekayaan akan terumbarlah dalam kesempatan tersebut. Lagi-lagi intimidasi tingkat dewa yang mungkin akan Anda rasakan.

 

Mengapa demikian? Karena pada dasarnya manusia itu tidak pernah puas akan yang mereka miliki. Walaupun sudah hidup berkecukupan, namun tetap saja merasa kurang. Ditambah lagi bila melihat kesuksesan orang lain, kelebihan orang lain dan lain sebagainya. Maka mulailah timbul rasa memperbandingkan diri Anda dengan orang lain, dan mencari-cari kekurangan orang lain. 

 

Rasa kurang pada diri sendiri menyebabkan diri merasa terintimidasi. Padahal orang disekeliling Anda tak berniat untuk menjatuhkan Anda. Lantas bagaimana mengatasinya? Semua ini kembali kepada diri kita pribadi, bagaimana cara kita mengatur perasaan, ataupun menanamkan kepada pikiran bahwa kita mempunyai kelebihan yang orang lain tidak miliki. Bahwa apa yang telah diberikan oleh Tuhan saat ini adalah yang terbaik untuk kita.

 

Ingatlah bahwa sesuatu kelebihan ataupun berkah yang diberikan oleh Tuhan adalah layaknya suatu ‘titipan’ yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Harus juga menjadi manfaat untuk orang banyak. Maka mulai saat ini berdiskusilah dengan diri sendiri, berprasangka positiflah, karena musuh terbesar datangnya adalah dari pemikiran kita pribadi.

 

Photo : Pixabay – Pexels.com