I've never been this happy going to a festival. Tidak berlebihan, namun sungguh itu yang saya pribadi rasakan. Festival Mesin Waktu yang dikemas apik oleh Ismaya Live dan Generasi 90-an sungguh-sungguh memberikan efek nostalgia yang begitu membahagiakan. Membuat saya bertanya-tanya, mengapa dulu saya begitu ingin cepat dewasa? Andai saja saya tahu bahwa hal-hal yang saya sepelekan dulu itu menjadi sesuatu yang terasa begitu berharga di masa ini.
Memasuki area festival, saya seolah benar-benar masuk ke dalam sebuah mesin waktu yang menerbangkan saya kembali ke tahun 90-an atau 2000-an awal. Ya, di saat hidup terasa lebih sederhana dan teknologi masih menjadi sesuatu yang tidak biasa. Ketika sebuah game perlu dimainkan melalui sebuah konsol dan bukan dengan telefon genggam. Ketika jajanan hanya perlu disantap dan bukan untuk diunggah di sosial media. Dan, ketika lagu-lagu terasa begitu jujur dan dengan mudah merasuk ke dalam jiwa.
Di tahun 90-an atau 2000-an awal, saya masih duduk di bangku SMP. Saya ingat betapa bahagianya ketika diizinkan untuk memainkan PlayStation milik kakak. Pepsiman, Crash Bandicoot, Tekken, dan nama-nama lain yang menjadi teman sepulang sekolah. Di momen ini, saya jadi membayangkan adegan di film Toy Story. Mungkin permainan ini merasa terlupakan? Entahlah, namun ketika masuk ke zona main dan dapat kembali memainkannya dengan konsol game, saya tau persis mengapa saya memang tidak pernah menikmati satupun permainan di telefon genggam. Dulu, untuk membeli sebuah permainan mungkin Anda diharuskan untuk menabung atau mendapatkan nilai yang baik. Namun, sekarang semua terasa mudah. Semua ada di genggaman tangan. It just feels different.
Di sisi lain, penampilan yang saya nantikan di zona musik memang tidak semua. Saya hadir di penampilan 90's time warp oleh Gamaliel, Petra Sihombing, Rendy Pandugo, dan Teddy Adhitya. Tenang dulu, betul, mereka memang bukan pemain musik di tahun 90-an. Namun, sama seperti kebanyakan yang hadir, mereka terlahir atau besar di tahun 90-an yang menjadikan mereka memahami betul apa yang terjadi di era tersebut. Siapa yang menyangka bahwa mereka akan membuka penampilan dengan soundtrack Power Rangers, Kera Sakit, Doraemon, Shin-chan, dan Friends?! Dan, tentunya, semua dikemas dengan begitu luar biasa dan menghibur. Tak ketinggalan, mereka juga membawakan lagu-lagu hits di jaman tersebut, seperti More Than Words, End of the Road, Don't Look Back in Anger dan Berharap Tak Berpisah! Lagu yang sangat "masa lalu" dan "masa kini" secara bersamaan, ya?
Setelahnya, penampilan yang satu ini juga begitu saya nanti-nantikan. Siapa lagi jika bukan penyanyi yang mengisi hari-hari galau saya di tahun 2000-an awal, Glenn Fredly. Oh, hello Meta, you were just in junior high school. Benar juga ya, kalau dipikir-pikir, tau apa saya soal patah hati saat itu. Namun, lagu seperti Terserah dan Akhir Cerita Cinta memang menjadi lagu kebangsaan bahkan hingga patah hati saya yang terakhir di tahun 2017 lalu! Tidak terasa, Glenn Fredly pun akan merayakan 25 tahun berkarier di dunia musik pada tahun 2020 mendatang!
Rasanya, tidak semua yang ada di masa lalu perlu dilupakan, ya? Kata orang, tidak ada gunanya melihat ke masa lalu. Namun, kunjungan saya ke Festival Mesin Waktu berhasil mengembalikan memori-memori indah di masa lampau. And, I really do wish I could go back this time. I wish.