Count Your Blessings

Common Sense

 

Sekejap lagi umat muslim dunia akan segera merayakan hari kemenangannya. Dapat dikatakan momentum bersuka ria, berkumpul bersama keluarga terkasih akan hadir di depan mata. Namun disisi lain kesedihan akan berpisah dengan Ramadan pun akan turut menghampiri. Ibarat sebuah paket yang tak dapat dipisahkan antara sesuatu yang hadir namun ada pula yang pergi.

 

Untuk mendapatkan suatu kemenangan, tentu haruslah melalui sebuah perjuangan panjang. Sebuah perjuangan itu dapat dikatakan adalah sebuah proses, yang mana apabila kita meraih suatu kemenangan, akan dapat merasakan penghargaan lebih, karena proses yang telah dijalani sebelumnya.

 

Artinya dalam suatu proses perjuangan itu manusia hendaklah tidak mengeluh, patah semangat, apalagi marah pada keadaan. Namun hal ini terkadang masih sering dilupakan oleh manusia. Maka seringkali harus diingatkan secara berulang kali.

 

Seperti apa yang terjadi kepada saya beberapa waktu lalu. Kondisi berpuasa di minggu ketiga menurut saya adalah momentum yang terberat. Pasalnya badan yang telah berpuluh hari hanya tidur untuk 3-4 jam menjadikannya semakin melemas. Namun aktivitas justru semakin padat. Mulai dari bekerja, merapihkan rumah untuk persiapan lebaran, hingga undangan berbuka puasa yang harus dihadiri, sementara kemacetan ibukota semakin menjadi-jadi. 

 

Emosi pun semakin labil, mudah sekali tercolek amarah. Disaat itulah pikiran negatif menghantui dan mulai merasa putus asa, tersinggung dan penyakit hati lainnya. Namun disaat-saat itulah saya justru mendapatkan sebuah pencerahan akibat sebuah Mini series semi-documenter di Netflix yang berjudul ‘Testament: The Story of Moses’ menceritakan perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan bangsanya dari kekuasaan Firaun. 

 

Kata bebas, merdeka, dan menang mungkin dapat dijadikan sebagai satu tujuan yang ingin dicapai dan harus melalui perjuangan penuh. Sama halnya dengan perjuangan umat muslim harus berpuasa untuk mendapatkan kemenangannya. Nah jika berpuasa selama satu bulan, namun kita mempunyai kebebasan untuk beraktifitas, maka sebenarnya bukanlah suatu yang berat apabila dibandingkan dengan kehidupan zaman Firaun dulu, yang mana manusia dijadikan budak dan jauh dari kenyamanan aktifitas seperti apa yang dapat manusia lakukan saat ini.

 

Maka sebelum mengeluh cobalah kembali untuk bersyukur dari apa yang telah kita miliki saat ini. Perjuangan untuk melawan godaan hawa nafsu sebentar lagi akan usai, dan umat muslim pun akan segera meraih kemenangannya, walaupun sebenarnya berpisah dengan bulan Ramadan adalah suatu kesedihan tersendiri, karena tanpa bulan penuh perjuangan ini, umat muslim tidak mungkin dapat melihat, mengingat dan bersyukur kembali dengan apa yang ia miliki, terlebih lagi bersyukur kepada suatu perjuangan yang memberikan arti lebih dalam lagi terhadap suatu kemenangan. So count your blessings!   

Photo: Yasin Karadeni (Pexels.com)

 

Opening photo: Mart Production (Pexels.com)