Sebagai seorang keturunan Tionghoa, saya baru saja merayakan tahun baru Imlek. Memiliki seorang ayah yang masih memegang kental tradisi Tionghoa, hari besar tersebut kami rayakan selayaknya sedang tahun baru pada umumnya. Di setiap tahun, ayah saya selalu menyalakan kembang api untuk turut meramaikan malam tahun baru. Namun, entah mengapa, kali ini saya memiliki interpretasi yang berbeda terhadap kembang api.
Malam itu, kembang api yang ayah nyalakan berada tepat di depan mata saya dengan jarak sekitar 5 meter. Yang saya lihat hanyalah letusan yang menimbulkan percikan api. Tidak hanya itu, suara yang begitu menggelegar sungguh memekakkan telinga. Apa yang tampak malam itu sungguh jauh dari bayangan kembang api yang biasanya saya idam-idamkan. Tidak ada indahnya, sama sekali.
Di waktu yang bersamaan, saya melihat kembang api yang dinyalakan dari kejauhan. Ledakan cahaya warna-warni di malam yang gelap, seperti yang tampak pada akhir bahagia sebuah film drama. Kembang api biasanya turut menyertai beragam momen bahagia. Dengan demikian, kembang api tentu merupakan simbol dari sebuah perayaan, bukan?
Ada banyak hal yang dapat dianalogikan dengan perumpamaan kembang api di atas. Indah jika dipandang dari kejauhan, namun hancur berantakan jika ditelaah dari dekat. Izinkan saya kali ini menyambungkannya dengan kehidupan percintaan yang kerap kali Anda lihat di dunia maya. Berapa banyak hubungan yang dengan mudahnya Anda jadikan sebagai #relationshipgoal? Apakah yang dapat Anda simpulkan dari sebuah kemesraan yang ditunjukkan melalui pelukan erat dan barisan tulisan manis di kolom judul? Apakah hal tersebut menandakan bahwa hubungan tersebut baik-baik saja?
Saya pun pernah berada di dalam posisi tersebut. Berusaha untuk menunjukkan kepada publik bahwa hubungan yang saya miliki ini baik-baik saja. Orang yang memandang dari kejauhan banyak yang menyayangkan ketika hubungan tersebut berakhir. “Kok bisa putus, sih? Padahal kalian cocok banget, kelihatan bahagia.”, katanya. Namun, mereka yang berada di dekat saya tentu mengetahui jelas bahwa hubungan saya hancur berantakan. Hubungan yang lebih membawa rasa sedih dan takut, dibanding rasa bahagia. Apakah ada yang pernah merassa di posisi seperti saya? Saya tahu, saya tidak sendiri.
Dengan kandasnya hubungan saya yang lalu, saya mempelajari satu hal. Tidak ada gunanya saya pusing memikirkan bagaimana hubungan saya dilihat orang lain. Tidak ada gunanya orang lain memuja-muja hubungan saya jika memang tidak ada yang perlu dipuja. Tidak ada gunanya pula saya pusing membandingkan hubungan saya dengan mereka yang bahkan tidak saya kenal. Tidak ada gunanya, jika apa yang ada memang tidak layak dibanggakan.