Weekend ini mungkin akan menjadi ‘Wicked’ week untuk seluruh bagian di dunia ini. Pasalnya film yang diadaptasi dari teater musikal berjudul serupa ini telah berhasil menyihir semua media sosial dengan pemberitaannya. Bahkan seluruh lini fashion hingga makanan pun mengeluarkan produk spesial yang berkolaborasi dengan film tersebut.
Film yang dibintangi oleh Cynthia Erivo dan Ariana Grande ini pun menjadi film yang sangat ditunggu-tunggu setelah beberapa waktu lalu hadirnya The Little Mermaid dan Barbie yang menaruh standar tinggi untuk sebuah world premiere. Tak hanya itu saja, semua penikmat film pun semakin memiliki standar tinggi dalam kualitas visual yang ditayangkan.
Mungkin sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, tingkat kepuasan penonton tak setinggi sekarang. Dulu penonton dapat dipuaskan dengan Special FX yang standar. Tetapi sekarang sangat berbeda, CGI atau special FX saja dirasa kurang, hal ini karena dirasakan akan terlihat lebih palsu dan kaku apabila hal tersebut dilakukan. Maka Jon M. Chu selaku sutradara film tersebut pun sengaja membuat real set untuk film tersebut. Antara lain 9 juta bunga tulip yang khusus ditanam untuk film tersebut, bahkan kereta api seberat 16 ton pun dibuat khusus oleh sang production designer, Nathan Crowley.
Lantas bagaimana dengan kepuasan penonton terhadap kisah yang diadaptasi dari panggung teater menjadi film? Apakah dapat terpenuhi? Selama ini belum pernah ada film yang diadaptasi dari panggung teater atau pun film kartun seperti yang Disney lakukan, dapat berhasil. Pasti berujung dengan kenyataan bahwa penonton harus berdamai dengan ekspektasi dan standar mereka. Hingga penerimaan hasil akan kesuksesan suatu film pun dapat diterima dengan lapang dada, walaupun meninggalkan sedikit ganjalan di hati.
Namun tidak untuk film yang satu ini!
Bukan dikarenakan saya seorang penggemar musikal Wicked atau die hard fan dari Ariana Grande, tetapi memang kualitas film hasil adaptasi ini diatas rata-rata. Choreography, cinematography, scoring, setting dan acting, semua berada rata berada dalam urutan teratas. Bahkan penonton di dalam bioskop pun secara kompak bertepuk tangan dan meneteskan air mata untuk film tersebut.
Apakah penonton yang bukan pecinta musikal dapat menyukai film tersebut? Mungkin selama ini penonton musikal akan terbagi dua dengan penonton yang anti musikal, namun untuk film yang satu ini, porsi adegan bernyanyi dan dialog berada dalam komposisi yang pas. Sehingga penonton yang anti musikal tidak akan merasa jenuh. Dan istimewanya lagi setiap kalimat yang dituliskan dalam dialog dan nyanyian memberikan banyak pesan implisit yang dalam.
Jika mungkin kebanyakan film broadway hanya disibukkan dengan nyanyian dan khayalan, maka di film ini Cynthia Erivo justru membawakan sang pendengarnya bisa hanyut dan meneteskan air mata.
Maka perasaan apa yang dirasakan setelah menonton film tersebut? Bagi saya pribadi mixed feeling, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu.