Tulola Kawinkan Seni Murni Bernafas Modern Melalui Aksesori

Untaian kata berubah menjadi perhiasan cantik bergaya etnik.

"Cinta itu indah, begitu juga kebinasaan yang membuntutinya. Orang harus berani menanggung akibatnya."

Begitulah sepenggal kalimat yang diucapkan Minke pada Annelies, dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini membawa kita menjelajahi kisah cinta antara seorang pemuda Jawa bernama Minke yang jatuh hati pada perempuan keturunan Belanda bernama Annelies. Meski saling jatuh cinta, keduanya tidak dapat restu untuk menikah karena Minke dan Annelies datang dari dua suku yang berbeda. Merupakan kalimat bernada kesedihan, bagaimana jadinya jika kalimat tersebut berubah menjadi sebuah aksesori yang membawa kebahagiaan?  

Bertempat di Bimasena, Dharmawangsa Hotel, saya menghadiri pameran koleksi terbaru Tulola yang dipresentasikan denggan anggun dalam sebuah ruang pameran megah yang digarap oleh Iskandar Loedin. Rupanya eksibisi sekaligus pop up shop ini merupakan yang terbesar yang pernah disajikan oleh Tulola. Kali ini, dalam rangka mengenang 11 tahun berkarya, Tulola mempersembahkan: "Perjalanan, Kenangan."

Tulola Exhibition at Bimasena, Dharmawangsa. (Foto: Dok. Tulola)????

Diabadikan dalam bentuk perhiasan, ungkapan hati Minke kepada Annelies tersebut disolidkan ke dalam bentuk tulisan tangan bergaya proklamasi yang kemudian disepuh emas dan dijadikan sepasang anting-anting bergaya etnik. Karya ini diangkat kembali dari koleksi 'Perempuan dalam Bumi Manusia' yang pernah dirilis Tulola pada tahun 2014 silam, yang sengaja diciptakan kembali  untuk mengenang 11 tahun kilauan langkah Tulola.

Meski terinspirasi dari kisah yang sama, perbedaan yang bisa dilihat adalah tafsiran akhir dari emosi yang diangkat oleh Tulola. Jika pada tahun 2014 lalu Tulola menafsirkan emosi ke dalam sebuah simbol berbentuk bunga, kali ini Tulola menuangkan semua emosi tersebut ke dalam bentuk teks yang dibuat seperti tulisan tangan. Memberikan aksesori ini kesan yang lebih personal dan hangat.

Tulola's Perempuan dalam Bumi Manusia. (Foto: Dok. Tulola)

Tertarik dengan koleksi ini, sayapun semakin terkesima melihat anggunnya Happy Salma-yang merupakan konseptor dari koleksi ini-menggunakan anting hujan kata tersebut dengan dipadukan gaun hitam polos. Namun, meski koleksi ini terlihat simple, merilis aksesori dengan mengawinkan seni murni bernafas modern bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk membuat generasi muda tertarik dan melihat value yang coba disampaikan oleh perhiasan ini, 

CaptionTulola's Perempuan dalam Bumi Manusia. (Foto: Dok. Tulola)

"menurut saya, tantangannya adalah ketika membungkus seni murni menjadi suatu hal yang modern dan bisa dinikmati oleh kalangan yang lebih muda. Tentunya tanpa menghilangkan ciri khas yang sudah ada. Belum lagi untuk membuat perhiasan ini tetap terasa ringan dan nyaman dipakai serta tidak gampang putus dan bengkok. Maka dari itu, craftmanship kami dari tim studio membuat ini dengan sangat detail dan hati-hati" ujar Happy Salma dan Franka Franklin kepada team CLARA Indonesia saat ditemui Selasa kemarin di Dharmawangsa Hotel.

Tulola's Tanah Air-The Journey. (Foto: Dok. Tulola)

Selain koleksi "Perempuan dalam Bumi Manusia" yang diangkat kembali, koleksi "Tanah Air-The Journey" yang terinspirasi dari buku karya Douwes Dekker juga merupakan salah satu highlight dari keseluruhan rangkaian Perjalanan, Kenangan yang dipersembahkan oleh Tulola. Jika sebelumnya aksesori hujan kata memiliki banyak visual dari teks yang diambil, berbanding terbalik dengan koleksi "Tanah Air-The Journey" yang tampil dengan desain lebih minimalis serta ukuran teks yang lebih besar. 

Bukan sekadar perhiasan biasa, bahan yang digunakan oleh Tulola merupakan campuran perak murni dan alloy. Sepuhan yang digunakan adalah emas 18k untuk perhiasan berwarna gold, serta sepuhan white platinum untuk perhiasan berwarna perak. Dibuat dengan teliti dan hati-hati, Tulola menciptakan setiap perhiasannya dengan kuantitas yang sangat terbatas. Well, are you one of the luckiest to have this precious jewelry?