Trauma yang Menjadi Karya

Beastie Vanity

Ini kali pertama saya hadir ke fashion show berskala kecil, dan hasilnya memukau. Dibuat oleh designer muda kelahiran 1999 bernama Nichol Elenna. Mungkin namanya masih terdengar asing, karena memang dirinya baru saja lulus sebagai fashion designer dari Instituto Marangoni Paris. Berangkat dari kisah dirinya yang minoritas dan kerap kali mengalami diskriminasi ras di Jakarta mau pun saat dirinya menempuh pendidikan di Paris, Nichol meluncurkan koleksinya yang bertajuk 'Life After 98.'

"Di sana (Paris) pas awal-awal lumayan super stress karena tuh orang-orang banyak yang rasis, aku dikucilin. Bener-bener dari hal kecil seperti di jalan diteriakin 'Ni Hao Ni Hao,' sampai aku pernah diludahin. Traumanya tuh banget. Tahun pertama di Paris sangat susah. Jadi (aku memutuskan) 'Oke graduate collection aku, aku mau bikin sesuatu yang personal' yaitu Life After 98," ujar Nichol. 

Dibawakan oleh enam model, koleksi Nichol ditampilkan dengan sentuhan teatrikal. Model perempuan pertama masuk, mengambil selembar koran, membaca lalu membuangnya. Model laki-laki kedua berjalan sambil membuka tali di pinggangnya dengan riasan muka yang membuat kesan lebam merah pada mata sebelah kirinya. Ada juga yang berjalan perlahan sambil bergetar,  berjalan dengan muka penuh marah dengan tangan mengepal erat, hingga teriakan dan hentakan kaki juga dimainkan. Olah rasa dan persona yang ditampilkan menurut saya totalitas. 

Fashion show yang berlangsung pada 17 September 2022 di Tujuhari Coffe, Jakarta Selatan ini juga dilengkapi dengan foto-foto suasana Jakarta, tepatnya gedung DPR pada Mei 1998 hasil jepretan Rully Kesuma. Latar lagu dan asap yang memenuhi ruangan membuat suasana semakin hidup. Nichol memperhatikan detail-detail yang membuat pesan yang ingin disampaikan dapat dirasakan setiap tamu yang hadir.

Selain suasana yang mendukung, bahan yang digunakan juga memiliki filosofi. Memilih trench coat sebagai inspirasi utamanya yang dulu digunakan sebagai perlindungan, Nichol ingin baju berbahan gabardine catton ini menjadi tameng pertahanan mereka. Penggunanya akan terlihat kuat, independen, dan siap menghadapi dunia apapun yang terjadi dimasa lalu. 

Saya juga melihat beberapa baju menggunakan bahan wol. Menurut Nichol karena banyak digunakan untuk bahan tailor, siluet dari bahan wol membentuk sosok yang kuat. 

Tapi dari semua penampilan karya Nichol, saya paling suka anting berwarna merah bertuliskan "MILIK PRIBUMI" yang dibentuk menjadi seperti tulisan Mandarin. Menurut saya unik dan membuat penampilan menjadi stand out dengan menggunakan anting hanya sebelah, menjuntai kebawah.