Titik Pusat Mode Mengguncang Langham Jakarta

Beastie Vanity

Fashion never sleeps. Ungkapan tersebut memang nyata adanya, pasalnya selang beberapa hari dari perhelatan Fashion Nation – Hitam Putih yang lalu, IFDC kembali menggelar presentasi mode bersama dengan hotel Langham Jakarta. Dalam tajuk The Langham Fashion Soirée, acara yang menjadi tahun kedua ini digelar selama tiga hari.

 

Baru selang satu hari usai pameran instalasi - Gaya Fashion Installation 2024 di Senayan City, IFDC pindah atap dan mendominasi ballroom Langham Jakarta dengan kejutan lainnya. Jika tahun sebelumnya hanya melibatkan empat desainer, tahun ini menjadi enam desainer. Mereka diantaranya adalah Ivan Gunawan (Ivan Gunawan Prive), Andreas Odang, Rama Dauhan, Ghea Panggabean, Liliana Lim, dan Sebastian Gunawan (SEBASTIANred).

 

Tentu presentasi dari enam desainer tersebut memiliki keunggulan masing-masing, sebut saja Ivan Gunawan yang kali ini mengangkat tema ‘Divine Light’ menyuguhkan 40 set busana yang mengutamakan kesantunan namun syarat kemegahan. Sebagaimana koleksi tersebut mengambil seni beading yang digubah dengan sentuhan art nouveau.

Divine Light by Ivan Gunawan Prive

 

Sementara Andreas Odang yang mengambil insiprasi dari alunan nada dari komposisi musisi Caleb Arredondo yang berjudul “Echo Sax End”. Digubahnya menjadi rangkaian busana eveningwear yang memainkan cutting dan tata pola arsitektural. Sehingga mampu memperkuat karakter personal sang pemakai.

Presentasi karya Andreas Odang

 

Di hari kedua dari perhelatan yang diadakan di lantai 3 ballroom Langham Jakarta itu. Rama Dauhan justru menghadirkan 30 set pakaian yang mengangkat tajuk ‘Teramat Berarti’, sebuah curahan hati nan puitis akan arti keluarga baginya. Dengan menampilkan rancangan yang terdiri dari boxy shirt, coatdress, dan beberapa elemen hasil desain ulang maupun arsip Rama Dauhan terdahulu.

'Teramat Berarti' by Rama Dauhan

 

Masih pada satu hari yang sama Ghea Panggabean dalam judul “Be-Bali’, Ghea mengangkat wastra Grinsing yang divisualisasikan ke dalam busana leisure. Dalam nuansa warna hitam yang dipadukan aksen emas, Ghea membawa pesan bahwa setiap helai busana tidak hanya memancarkan kemewahan, tetapi juga membawa pesan tentang perlindungan dan kekuatan spiritual, selain itu juga membaurkan harmoni antara tradisi dan gaya kontemporer.

'Be-Bali' by Ghea Panggabean

 

Sementara pada hari ketiga ditutup dengan dua desainer yang pada tahun lalu juga berkesempatan menggelar presentasinya pada The Langham Fashion Soirée. Yaitu Liliana Lim dan Sebastian Gunawan. 

 

Liliana Lim yang piawai dalam mengolah permainan drapes, pada rancangannya. Untuk tahun ini ia kembali membawa tekhnik tersebut pada ke-35 rancangannya. Desainer wanita yang mengangkat tajuk ‘Solstice’ ini, mengintepretasikannya ke dalam palet warna silver, black, bone dan champagne. Pengolahan rangkaian busana yang cermat membuat keseluruhan presentasi terlihat begitu presisi dalam komposisinya. Sehingga tidak terlihat kurang atau berlebih.

'Solstice' by Liliana Lim

 

Dan pada malam penutup, Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese mempresentasikan koleksi SEBASTIANred yang dipayungi oleh tajuk Café de Flore. Yakni sebuah tempat ikonik dan legendaris di Paris, yang menjadi pusat bertemunya para sosialita dan kaum intelektual di awal abad ke-20.

Café de Flore by SEBASTIANred 

Koleksi yang terdiri dari 60 set pakaian ini diantaranya menampilkan motif bunga dan tumbuhan berukuran besar, siluet feminim yang juga syarat akan detail. Nuansa keceriaan Café de Flore ini pun dituangkan dalam palet warna yang vivid nan elegan.

 

Enam presentasi busana yang dibagi menjadi tiga hari ini pun, menunjukkan bahwa pecinta mode di kota ini hadir dari berbagai kalangan, usia dan generasi. Hal ini terbukti dari para tamu yang hadir silih berganti disetiap show dan harinya.