Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), sekitar 2.784.064 orang di Indonesia menderita penyakit jantung. Di tahun 2024, angka itu mungkin sudah berubah. Atau setidaknya bertambah satu orang, yakni bapak saya. Menurut data WHO, serangan jantung juga menjadi urutan kedua penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan 95,68 kasus per 100.000 penduduk.
Dari data dan pengalaman pribadi saya di atas,dibutuhkan rumah sakit dan tim dokter yang mumpuni di bidang spesialis jantung. Memenuhi kebutuhan tersebut, Heartology Cardiovascular Hospital dengan bangga meresmikan pembukaannya di bulan Juli 2024. Berlokasi di Blok S, Jalan Birah III No. 54, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Heartology Cardiovascular Hospital beroperasi 24 jam.
Heartology sendiri adalah gabungan kata dari Heart dan Technology. Selain teknologi, tim medis di Heartology juga sangat cekatan, handa, dan mengutamakan pelayanan terpadu. Selain dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter bedah jantung, Heartology juga memiliki jantung anak, yang jumlahnya masih sedikit dan tidak tersebar merata.
Dr. dr. Faris Basalamah, Sp. JP (K), selaku Direktur Rumah Sakit Heartology mengungkapkan, “Tim dokter Heartology terdiri dari subspesialis dan bedah jantung berpengalaman yang bekerja sama sangat erat untuk memastikan perawatan terbaik dan tepat waktu, didukung fasilitas dan teknologi terbaru.”
Pembukaan juga dihadiri langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno. Apa hubungannya dengan kementerian pariwisata?
Banyak sekeliling saya yang tidak percaya dengan dokter dan teknologi medis di Indonesia. Rela memilih rumah sakit di luar negeri dengan biaya yang lebih mahal. Dengan menyediakan fasilitas kesehatan unggul dan pelayanan maksimal, Heartology mengedepankan patient experience. Heartology bersama kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, memperkuat sektor medical tourism, baik wisatawan medis hingga kualitas pelayanan kesehatan masyarakat lokal.