Bulan October sudah mencapai pertengahan, artinya dalam dua bulan lagi tahun 2025 akan berakhir. Lantas apakah yang paling menarik dari tahun 2025 yang lari bagaikan kuda ini? begitu cepat, laju dan tanpa negosiasi.

 

Entah manusia di bumi ini yang sangat sibuk, hingga tak sempat untuk menikmati kesehariannya atau memang perputaran bumi yang kian melaju begitu “ngebut-nya”. Tak hanya perputaran bumi dalam satu tahun, tapi satu atau dua dekade pun kini kian tak terasa. Hal ini terjadi ketika saya melihat trending topic mengenai film Rangga & Cinta, film yang pernah mencuat dengan judul Ada Apa Dengan Cinta pada tahun 2002, kini dibuat kembali dengan menampilkan generasi yang baru. 

 

Film yang terasa seperti baru kemarin populer ini nyatanya sudah melahirkan generasi berikutnya. Apakah konsep percintaan saat ini, masih sama dengan percintaan 23 tahun yang silam? Disaat menemui jodoh hanya dengan menggeserkan jari di layar smartphone. Geser kiri atau geser kanan, match dan lanjut DM. Era kondisi dimana chemistry sudah tak perlu dibangun, karena mencari pacar saat ini layaknya shopping online.

 

Tak hanya di industri perfilman saja yang sibuk meremajakan sebuah karya. Begitu pula dengan industri fashion yang akan membongkar semua archive dan menciptakannya lagi dengan pengembangan di kanan-kiri. Dengan alasan pengembangan heritage. Artinya perputaran bumi yang begitu laju tersebut sebenarnya akan membawa kita kembali ke titik yang pernah kita lalui. Dan di titik persinggahan kedua atau mungkin yang ketiga ini, mungkin ada nostalgia yang akan kita lalui, akan ada suatu sudut pandang yang berbeda setelah kita melewati asam garam kehidupan.

 

Dan mungkin kita akan kembali bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita masih memiliki selera fantasi yang sama dengan diri kita yang dulu? Perputaran bumi yang melaju tanpa negosiasi ini apakah akan terasa indah layaknya kisah Rangga dan Cinta, bahkan hingga memukau layaknya rancangan JW Anderson untuk Dior?

 

Perputaran bumi secara nyata akan membawa manusia kepada suasana dan nuansa yang serupa yang pernah mereka alami, tetapi tak berarti indah dan manisnya akan serupa dengan yang pertama. Maka untuk apa harus rebirth jika indahnya perjalanan dunia hanya nikmat bila dialami sekali? Mengapa harus reissue collection jika pesona archive collection itu jauh lebih memukau?       

 

Photo by : Ian Panelo – Pexels.com