Peras Otak

Common Sense

 

‘Fashion’ bagi sebagian orang ketika mendengar kata tersebut langsung terbayangkan suatu keindahan dan glamorama, sementara disisi lain tidak sedikit pula yang membayangkan adalah suatu hal yang mewah dan mahal, bahkan bersifat mengintimidasi. Sementara tidak sedikit juga dari mereka yang tidak peduli.

 

September yang diibaratkan sebuah tahun baru bagi ranah mode, tentu menjadi bulan yang ditunggu bagi para pecinta mode. Segala perhelatan mode pun digelar disetiap kota besar di dunia. Ragam bentuk rupa perhelatan pun diciptakan demi menyemarakkan bulan tersebut, seperti fashion show, fashion installation ataupun segala macam yang berbentuk digital seperti fashion film dan sebagainya. 

 

Berbagai macam ide pun dituangkan untuk menjadi yang paling terdepan, apakah itu konsep minimalis dengan latar putih bersih hingga berdekorasi ala planet mars misalnya. “Bekerja di industri mode itu tidak boleh, tidak punya inspirasi” karena bisnis di industri ini harus dapat menjual sesuatu yang baru. Dan bagi penikmatnya mereka selalu haus akan suatu produk yang dapat membius mereka. 

 

Para pecinta mode akan selalu menantikan apa yang para desainer suguhkan, bahkan tak sedikit dari mereka yang mempedulikan fungsinya, karena bagi para fanatik fashion akan sangat puas jika mereka hanya memiliki produknya, walau tak digunakan sekalipun. Ini yang disebut sebagai apresiasi karya seni, karena mereka hanya melihatnya sebagai karya seni.

 

Disisi lain kebutuhan tersebut harus selalu dipenuhi, maka tak heran jika para pekerja di bidang mode harus berpikir keras. Kiranya ide dan inovasi apalagi yang harus ditetaskan agar bisnis ini berputar dan berlanjut. Artinya kalimat ‘peras otak’ yang sering menjadi perumpamaan, nyatanya adalah realita yang sesungguhnya bila berada di industri mode.

 

Melihat sudut pandang dan kenyataan tersebut, terkadang membuat saya sedikit bertanya. Kiranya apa yang para Gen-Z pikirkan saat ini, mengenai keinginan besarnya bekerja untuk industri mode. Generasi yang selalu menginginkan sesuatu yang instan, dan enggan untuk jatuh bangun dalam suatu proses. Sementara jika mereka tau dan menjalani industri ini, jauh dari kata instan dan diperlukan untuk mental baja. Bahwa industri ini bukan hanya tentang penampilan indah nan rupawan. Tetapi justru sebaliknya penuh debu, jarum, keringat dan bahkan air mata.