Pernahkah Anda berkhayal untuk menjadi seorang freelancer? Seseorang yang tidak terikat pekerjaan kepada suatu perusahaan. Tentu akan begitu menyenangkan, karena waktu bekerja dapat diatur sesuka hati. Ibarat kata “bebas kapan mau menutup ataupun membuka lapak” karena boss-nya adalah diri kita sendiri.
Mempunyai kebebasan bak burung yang terbang lepas, adalah impian setiap manusia. Free like a bird, kiranya kalimat tersebutlah yang mewakili perasaan tanpa terkekang. Dulu saya sangat bercita-cita untuk menjadi freelancer, hidup bebas tanpa drama perkantoran.
Nyatanya setelah saya menjejaki karier sebagai freelancer, toh malah tidak free-free banget. Kini dapat dikatakan semua pekerjaan harus sigap diraih untuk melanjuti kehidupan. Karena apa? Karena bulan depan selalu tak serupa. Ibarat berjalan dalam gelap, dan tidak kita ketahui apakah medan di depan sana akan terjal, mendatar, menurun atau berliku.
Setiap pekerjaan pun mempunyai deadline masing-masing yang tak bersinggungan. Artinya setiap hari justru akan riweh dengan deadline. Karena menjadi freelancer artinya tidak ada kekuasaan penuh untuk mendapat excuse dari klien. Layaknya hubungan tanpa status, today you’re in and next day you’re out!
Disisi lain, kebahagiaan menjadi freelancer adalah bisa meraih pendapatan lebih, ketika keberuntungan sedang berpihak pada Anda. Ya tapi, tetap musti diingat bahwa harus cermat mengatur pendapatan tersebut agar dapat digunakan dalam waktu yang panjang. Karena jika tak bijak, maka musim paceklik akan siap menunggu Anda diambang pintu.
Kendati seorang freelancer dapat memilki project banyak dalam satu waktu, memanglah benar. Namun tak berarti mendapat gaji dalam satu hari yang sama. Karena tingkah polah para klien pun 1001 macamnya, ada yang beralasan masalah sirkulasi persetujuan yang panjang antar departemen. Ada pula yang beralasan masalah kepala finance yang ribet, ada pula yang beralasan bahwa invoice yang pernah diajukan kurang lengkap dan harus mengalami penolakan. Padahal terkadang yang membuat lama proses pembayaran adalah tim finance yang lupa bayar karena dokumen terselip, atau perusahaan memang belum punya dana untuk membayar. Dan dikarenakan para freelancer ini tidak ada ikatan kontrak, maka mereka-lah yang terkena imbas untuk dihutangi.
Maka ayat ampuh, yang biasa tertera pada surat perjanjian atau invoice yang berbunyi, pembayaran akan diterima 14 hari kerja setelah invoice diajukan adalah suatu isapan jempol belaka. Sebuah fatamorgana yang menstimulasi otak bahwa masih ada secercah harapan di 14 hari yang akan datang.
Karena seharusnya yang tertera di surat perjanjian proyek kerja bukanlah “pembayaran akan diterima 14 hari kerja setelah invoice diajukan”, tetapi “fatamorgana akan diterima 14 hari kerja dan selamanya setelah invoice diajukan”. Selamat menunggu para pejuang freelance!