Mode Tak Pernah Usai: Sejarah yang Selalu Ditambahkan

Beastie Vanity

Tahun ini menjadi ketiga kalinya IFDC (Indonesian Fashion Designer Council) mengadakan Gaya Fashion Installation yang bertempat di Senayan City. Dengan mengangkat tema ‘Archive’ pameran yang berlangsung selama 10 hari ini menunjukkan bagaimana bila dua puluh lima idealisme kreativitas berada dalam satu panggung.

 

Kepala boleh sama hitam, tapi belum berarti satu pemikiran. Kiranya kalimat tersebut cukup dapat mewakili ketika dua puluh lima desainer memvisualisasikan warna hitam. Sebuah warna yang paling konsisten dan timeless,menjadi benang merah penyatu antara karya mereka. Terhitung 75 manekin berwarna hitam berukuran serupa berbaris memenuhi area promenade - ground floor dari Senayan City. Diatas panggung berwarna merah itu 75 busana archive dari karya para desainer Indonesia, memburaikan bahwa setiap karya memiliki latar belakang kisahnya masing-masing.

Gaya Archive 2025 dibuka oleh Ibu Widi Wardhana, Menteri Pariwisata RI 

Salah satu diantaranya desainer Priyo Oktaviano yang memboyong tiga buah arsip rancangannya dari tahun 2015 yang bertajuk ‘Black Orchid’, sementara ada pula desainer muda Adeline Esther yang membawa tiga buah arsip rancangannya yang sempat dipresentasikan untuk Vogue Singapure. Tentu keberadaan desainer yang bernaung dalam payung IFDC ini memiliki keberagaman gaya dan market, seperti Ria Miranda yang menjadi satu-satunya desainer untuk buasana modestwear tak membatasi kreatifitasnya untuk merancang koleksi khusus berwarna hitam untuk Gaya Archive, dan hasilnya sangat memanjakan mata.

25 Desainer IFDC yang masing-masing menampilkan 3 busana archive dari koleksi terdahulu dan saat ini.

Uniknya lagi para desainer yang berfokus pada kain batik, diantaranya adalah Carmanita dan Era Soekamto turut membuat karya khusus berwarna hitam tanpa melibatkan wastra sedikitpun, dan hasilnya tak kalah bersaing, sangat mencuri perhatian. Perhelatan yang berdurasi sepuluh hari ini juga menampilkan instalasi dari Pagelaran Sabang Merauke yang dirancang oleh 12 desainer IFDC.  

Instalasi busana Pagelaran Sabang Merauke karya 12 Desainer IFDC

Perhelatan yang menjadi rangkaian acara dari Senayan City – Fashion Nation ini dilanjutkan dengan ‘Kanvas Budaya’ yang merupakan kolaborasi antara Senayan City, IFDC, Bakti Budaya Djarum Foundation dan Andien Foundation yang mengalang dana untuk Sekolah Anak Percaya di Kampung Apung, Muara Angke melalui hasil penjualan busana yang dilelang melalui silent auction.

Rancangan Andreas Odang untuk 'Kanvas Budaya'

Dalam presentasi ‘Kanvas Budaya’ tersebut, seluruh desainer IFDC ditantang untuk merancang busana menggunakan Batik Kudus dan nuansa warna putih yang diibaratkan sebagai kanvas kosong perlambang wastra nan inklusif, lentur dan tetap relevan dengan modernitas. Melalui dua momentum besar ini sekali lagi IFDC menuliskan sejarah perjalanannya di usia yang keempat puluh tahun, bahwa ranah mode di negeri ini tak hanya berbicara mengenai kesempurnaan penampilan, tetapi sekaligus merangkul warisan budaya dan kemanusiaan antara sesama.