“NGOTOT”

Common Sense

 

Tidak usah ngotot! 

Ngotot dapat berkonotasi negatif atau positif. Tergantung bagaimana konteksnya, karena arti dari kata tersebut dapat direlasikan dengan insist, stubborn dan persistent. Namun yang mungkin sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah lebih kepada dalam konteks yang negatif.

 

Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari yang sering saya temui saat ini adalah ketika sebuah artikel atau review yang tayang di media sosial atau website, yang mana berisi sebuah hasil data riset atau pun opini yang dianggap tidak sesuai oleh netizen. Maka dengan waktu singkat membuahkan reaksi negatif yang mewarnai kolom komentar. 

 

Komentar tersebut berisi kalimat yang sifatnya mencerca dan memaki sang penulis, dalam intonasi yang ngotot bahwa mereka-lah yang benar dan sang penulis salah. Padahal dalam kenyataannya tidak ada benar atau salah dikarenakan semua bersifat pendapat, dan tidak memerlukan validasi siapa yang lebih unggul, karena semua dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing. 

 

Seringkali demi mengatasnamakan panjat sosial, reaksi komentar negatif tersebut sengaja dibuat-buat. Mulai dari yang sekedar jokes, sindiran, makian hingga yang bersifat menggurui. 

 

Melihat fenomena ini membuat saya kembali bertanya, sebenarnya kebebasan berpendapat itu apa? Jika katanya saat ini semua manusia harus diperlakukan sama, semua manusia memiliki hak bersuara yang sama, persamaaan derajat dan embel-embel persamaan-persamaan lainnya. Toh, kenyataannya antar manusia saling ngotot di kolom komentar.

 

Putri duyung berkulit coklat dikomentari, putri duyung rambutnya tidak merah dikomentari, putri duyung punya tahi lalat dikomentari. Mungkin esok boneka Barbie suaranya serek juga pasti akan dikomentari. Entah apa yang benar dimata netizen, jika Anda bebas berkomentar maka para creator juga seharusnya bebas berekspresi. Sama halnya dengan penulis yang memiliki point of view dalam suatu tulisan, maka sebagai pembaca yah seharusnya cukup mengapresiasi saja. Mau setuju atau tidak, adalah urusan personal dan  tidak perlu ngotot.

 

Tahukah Anda sisi negatif dari ngotot itu? Karena ketika pikiran kita menuangkan kenegatifan tersebut dalam suatu komentar itu, secara tidak sadar alam telah menangkap vibrasi negatif tersebut. Yang bukan tak mungkin kenegatifan tersebut akan berimbas kepada kita sendiri. Maka dari itu berbijaksanalah dalam bereaksi akan sesuatu.

 

Jika suatu hal tidak sama seperti yang kita pikirkan, maka anggaplah perbedaan tersebut adalah suatu perbedaan yang harus kita terima dengan lapang dada. Karena manusia secara fisik saja sudah tidak serupa, sudah pasti isi kepala dan hati pasti berbeda. Oleh sebab itu tidak usah ngotot.    

Photo by Anete Lusina - Pexels.com

 

  

Opening photo by Monstera - Pexels.com