Empat bulan terakhir sebelum menutup tahun 2024, mungkin menjadi sisa napas penghabisan bagi seluruh pekerja di berbagai institusi. Dimulai anggaran promosi yang harus segera direalisasikan menjadi ragam aktivitas, hingga pencapaian target penjualan yang mungkin masih jauh dari angka yang telah ditetapkan dalam RUPS. Dapat dikatakan ini adalah momentumnya untuk ketar-ketir sebelum laporan akhir tahun harus dipertanggungjawabkan.
Maka dapat dirasakan akhir-akhir ini hampir setiap event dilaksanakan setiap hari. Tak hanya dari ranah fashion yang bertubi-tubi, industri musik hingga olahraga pun tak ketinggalan untuk menggelar event disetiap akhir pekan.
Disisi lain target personal penduduk kota ini pun turut ikut kejar target, pasalnya undangan pernikahan pun mulai membanjiri. Hampir disetiap minggu undangan resepsi harus dihadiri. Seolah target menikah itu harus dituntaskan tahun ini, kalau tidak dilaksanakan maka anggaran tahun depan akan dipotong.
Energi kekhawatiran dan kepanikkan tersebut kiranya saling terproyeksikan hingga menjangkiti satu sama lainnya. Maka kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan?
Sisa empat bulan terakhir yang rasanya sangat pendek itu, seolah ingin di-extend menjadi enam bulan lagi. Keluh kesah, emosi meningkat dan stress level mulai merajai para cegil dan cogil ibukota. hingga semua permasalahan yang seharusnya tak perlu ada, menjadi dibuat-buat.
Belum lagi target harus naik gaji dan naik jabatan yang mulai menghantui. Maka segala macam cara dilakukan, mulai dari cari muka di depan atasan ataupun menyengol saingan kerja sejawat agar tidak terkalahkan. Gaskeun!...
Pertanyaannya selama 256 hari sebelumnya yang Anda lakukan apa? Kenapa sisa seratus hari yang ada didepan mata harus menjadi saksi kelakuan tantrum Anda. Terlalu sibuk update story? Main Tik-Tok atau sibuk menggiring berita-berita politik hingga perselingkuhan orang lain?