Ketika Pesta Mode Bersetara Olimpiade Dunia

Beastie Vanity

 

Paris yang merupakan tuan rumah bagi koleksi adibusana atau yang biasa disebut dengan haute couture, pada tanggal 23 Juni 2024 yang lalu menjadi saksi bersatunya fashion dan sport dalam tajuk Vogue World yang mengambil lokasi di Place Vendôme. Sebuah alun-alun di kota Paris yang dahulu dikenal sebagai Place Louis-le-Grand. Selain itu tempat ini juga menjadi titik awal bermulanya Rue de la Paix atau sederet area shopping di pusat kota Paris.

 

Acara yang diadakan oleh majalah Vogue ini sontak menjadi perhelatan yang ditunggu-tunggu setelah Met Gala pada awal bulan May yang lalu. Dan tentu para pemerhati mode di seluruh dunia, secara sigap memantau apa yang akan ditampilkan oleh majalah yang telah dianggap sebagai “kitab mode” tersebut.

 

Dalam perhelatan yang berlangsung tak lebih dari 45 menit ini membuktikan bahwa fashion sangatlah berkaitan erat dengan sejarah, ekonomi, politik, seni dan gaya hidup. Kiranya pesan tersebutlah yang ingin disampaikan oleh Vogue pada presentasi yang dipandu secara live oleh supermodel Cara Delevingne ini. 

 

Acara yang dibagi dalam 11 sequences itu, tak hanya menyajikan gaun-gaun cantik karya para desainer dunia, tetapi juga diisi oleh tarian, orkestra dan nyanyian oleh para musisi dunia. Mereka diantaranya Aya Nakamura yang membuka acara tersebut dalam balutan gaun karya Jean Paul Gaultier, sementara penampilan Bad Bunny, Maluma dan aktor Jeremy Pope justru menyegarkan suasana dalam koreografi tarian ala café Jazz di tahun 1920-an. 

 

Sebagai pembuka sequence, scene tahun 1920-an yang ikonis sengaja diangkat untuk memperkental sejarah fashion di kota Paris. Untuk itulah sederet model papan atas mengenakan koleksi Chanel dalam nuansa hitam dan gold

Photo courtesy of Vogue.com

 

Seolah dibawa bertualang ke masa lalu, sequence berikutnya pun dilanjutkan dengan era 1930-an yang menggemparkan dengan penampilan sederet model dalam balutan gaun couture karya Cristóbal Balenciaga. Perubahan mood yang sebelumnya romantis pun mendadak layaknya sebuah panggung runway yang enerjik. 

 

Sementara untuk memperkental esensi sport dalam pergelaran ini, Vogue segaja menempatkannya pada sequence 1940’s yang mengisahkan tren bikini yang pertama kali diciptakan pada tahun 1946. Pada sesi inilah penyanyi pendatang baru Sabrina Carpenter jalan sebagai pembuka scene tersebut.

Sementara tahun 1950-an sudah sangat jelas sekali didedikasikan kepada Christian Dior yang mempopulerkan full circle skirt, blazer dan topi besar yang Anggun. Berlanjut ke sequence berikutnya yang membawa seluruh karya Paco Rabanne yang sempat melejit di tahun 1960-an dalam rangkaian warna silver.

Photo coutesy of Vogue.com

Setelah hampir keenam dekade tersebut didominasi dengan palet monokrom, maka scene 70-an agaknya menjadi favorit bagi saya. Nuansa tahun 70-an yang dikenal dengan studio 54 diterjemahkan dalam warna-warni yang ceria, seolah menjabarkan betapa meriahnya suasana disco di masa itu. Dan sesi ini didedikasikan kepada Givenchy yang merupakan salah satu brand tertua dari kota tersebut.

Photo courtesy of Vogue.com

Tentu kemeriahan Vogue World tak hanya berhenti disini saja karena masih dilanjuti dengan beberapa sequence yang melatari tahun 80’s, 90’s, 2000’s, 2010’s dan 2020’s yang menjadi finale bagi perhelatan akbar ini.

 

Usaha besar Vogue dalam menjadi terdepan bagi industri media fashion memang sangat patut untuk diberikan standing ovation. Karena presentasi fashion sudah setara dengan pembukaan pesta olimpiade dunia. 

Photo Courtesy of Vogue.com