Kallula and This Love: Empowering People to Go On, to Move On, and to Be in a Better State

Seorang nama yang tidak hanya akrab di telinga para pecinta musik, namun juga kerap kali terlihat di berbagai acara fashion. Bahkan, baru-baru ini, ia baru saja meluncurkan sebuah usaha di bidang produk perawatan tubuh. Yes, she is Kallula. Kallula Harsynta Esterlita. Nama yang unik, sama seperti musik yang ditawarkannya ketika menginjakkan kaki di panggung industri musik Tanah Air pada tahun 2016 lalu. Unik dan berbeda dari kebanyakan yang ada.

Seusai memarkir kendaraan yang ia setiri sendiri, untuk pertama kalinya saya melihat sosok ini dari dekat. Tampilannya sebenarnya cukup sederhana, hanya dengan setelan blazer dan celana bermotif serupa. Namun, entah mengapa, terlihat pas dipandang mata. Kepribadiannya yang hangat dan ramah terasa jauh berbeda dengan garis wajahnya yang tampak tegas. Another "you cannot judge a book by its cover", eh? Saat itu, saya semakin dibuat bertanya-tanya. Bagaimana ia mampu menjalankan begitu banyak hal dalam waktu yang bersamaan? Apa kisah di balik lagu solo perdananya yang bertajuk This Love? But, most of all, still, who is Kallula?

(Foto: Dok. Gita Paramita)

Hi, Kallula! Sedang sibuk apa akhir-akhir ini?
Hi! Sedang sibuk Jakarta Fashion Week di minggu ini kan lagi lumayan padat. Entah kenapa tahun ini aku jalan untuk lima brands dan nyanyi di dua brands. So, for total, I have seven shows. Kayaknya terbanyak deh tahun ini.

Wow! As a model juga! Okay, first, bagaimana Anda menemukan kecintaan pada musik pada awalnya?
Sebenarnya aku udah suka nyanyi sejak kecil, sejak TK. Jadi, waktu itu aku pernah disuruh sama guru aku untuk ikut kompetisi nyanyi gitu, tapi aku gak ngerti pada saat itu, nyanyi itu sebenarnya apa sih. Terus pokoknya she hit the right notes, dan pas aku nyanyiin itu tidak ada yang fals. Jadi, langsung dimasukkin kayak kejuaraan nyanyi antar murid TK satu DKI Jakarta, lalu menang juara 2. At that time, my parents knew about it, but they did not encourage me untuk ngambil di bidang tarik suara, karena mereka mikirnya lebih baik aku serius sekolah dulu sebelum benar-benar nyanyi.
Ketika di SMP dan SMA, aku sempat nge-band sama teman-teman sekolah. Pas aku kuliah itu aku akhirnya siaran dulu. Aku sempat part-timing, kemudian siaran radio. Dramanya adalah aku suka banget siaran, aku dapet prime time segala macem, and I wanted to become a broadcaster, aku sudah serius MC dan VO juga, jadi semuanya sudah kayak aligned gitu. Aku masuk siaran dari umur 19 dan jenjangnya masih panjang banget kalau misalnya mau menggeluti bidang ini. Nggak ngerti ya, aku kemudian nggak lulus-lulus kuliah, lalu ibu aku marah gitu dan aku disuruh pilih antara kuliah atau siaran. Saat itu, aku pikir kalau aku siaran dan gak kuliah juga gak mungkin, masa sudah tiga sampai empat tahun nggak selesai. Akhirnya, aku nanya apakah bisa kalau aku tetap sambil siaran aja. Tapi, ibu aku bilang, harus milih, kalau mau siaran tetap boleh tapi gak dibiayain oleh ibu, atau ya sudah tetap dibiayain kuliah dan gak siaran. Pilihannya antara dua itu. Lalu akhirnya aku milih selesain kuliah, tinggal enam bulan, tinggal skripsi, skripsi aku dua tahun waktu itu ganti-ganti judul, tipikal mahasiswa abadi lah ya, hahaha.
Akhirnya, yang aku janjiin terwujud, aku lulus kuliah bahkan dengan IPK lumayan. Saat itu aku ambil juruan hubungan internasional, harusnya jejangnya kan seperti masuk Deplu atau UN, atau apa. Pas awal kuliah jujur aku senang banget, tapi lama kelamaan aku mikir, it's just another politic, it doesn't excite me anymore. Entah gimana, saat menyelesaikan skripsi itu aku juga ketemu sama teman-teman kuliah aku, dan mereka justru yang nanya, "Kal, lu gak pengen nyanyi lagi?", aku jawab "ya pengen, sih". Ya sudah, nyanyi lagi aja, karena kayaknya seru deh, terus pas udah lulus kuliah akhirnya rekaman.
Awal-awal nama band-nya LCD Trip, itu kayak rock alternative band, isinya ada aku, ada TJ yang sekarang di Barasuara, ada Yosa yang banyak juga band-nya sekarang seperti Elephant Kind, lalu ada Ata yang sekarang di Kimokal bareng aku juga, dan ada Akbar yang buat band ini tapi malah cabut untuk sekolah ke New York. Terus kita kayak, kok lu ninggalin kita, gimana nasib band ini, terlantar. Padahal waktu itu sudah jadi satu album, akhirnya album itu gak keluar. Terus, di tempat kita rekaman itu adalah studio-nya Kimo. Terus aku kenal sama Kimo, jadilah Kimokal di situ. Terus, pas sudah selesai lagu pertama Kimokal "Under Your Spell", sudah released, aku kenalan sama Dipha. Pas Dipha dengar lagu itu, dia nanya, "lu gak mau ngisi di track gue?". Akhirnya, it just spreads around dan aku gak siaran lagi. Sempat ditawarin balik siaran, tapi nggak mungkin, masa aku tour, nyanyi, ditambah siaran, kayaknya aku maruk banget. Nggak, nggak, so I had to pick.
Saat itu Kimokal launching, Dipha launching, dan beberapa project lain juga launching seperti yang ketika aku bantuin di Barasuara dan Elephant Kind, so it's been like what the hell is happening to my life gitu. Karena ya awalnya bikin lagu hanya karena suka aja, namanya anak band, gak peduli laku atau enggak tapi gue bisa dengerin dan seneng. Begitu mereka semuanya released bareng, unplanned tiba-tiba jadi kayak tour nasional, main di festival-festival di Jakarta dan di Indonesia. Aku pun sebagai penyanyi yang relatif baru saat itu, I feel like I am very different with other singers yang lagi ada di Indonesia pada saat itu. So, it is like a unique type of positioning for me at that time in 2016. Ya sudah, tapi ya jalanin saja karena waktu itu kan aku juga suka kayak foto-foto fashion. Orang-orang juga banyak yang nanya kayak, "kok lu sekarang jadi fashion influencer?", it is just a term, kan? Cuman gara-gara dulu di Instagram ada #ootd aja, so almost everyday I would post about my look that represents my mood, karena aku senang melakukannya. Lalu, brands banyak yang ngundang untuk datang ke acaranya dan juga ajak kolaborasi segala macem. Terus, aku cuman mikir, oh, okay, this is getting somewhere. I tried to combine fashion and music too at the same time, karena waktu itu kan bikin video klip juga. Jadi, di video klip, aku juga ikut terlibat di art directing, lebih outspoken tentang apa yang aku mau. Dari situ terbentuklah brand image Kallula sendiri as a person. Itu juga jadi kayak diasah dari semua pengalaman musik yang pernah aku jalanin sama band-band aku dan partner-partner aku. Jadi, ketika kemarin akhirnya launch lagu This Love ini, ya sudah kebentuk banget, apa yang aku mau sudah matang. Karena proses pemikirannya sudah dari tahun 2016 sampai tahun 2019. 

Sebuah proses yang sangat panjang, ya? Okay, bagaimana sebenarnya Anda mengetahui bahwa menyanyi sudah bukan sekadar hobby saja, namun sudah menjadi pekerjaan? 

Titik baliknya sebenarnya ketika situasi memaksa aku untuk be professional about things saja, sih. Karena awalnya ya sekadar manggung di party teman, terus manggung di acara gig teman, lalu lama-lama jadi ke brand, lalu ke coorporate, ke pentas seni, ke festival, and then it goes on and on and on, sampai akhirnya aku manggung ke luar negri juga. Itu kan prosesnya panjang, dan sempat shocked di awal juga. Jujur, I wasn't expecting it, but I kind of saw it coming, so when it happened, I was just like go for it.

Jadi menjadi penyanyi bukan suatu cita-cita yang Anda ingin kejar sejak kecil, namun justru sesuatu yang Anda temukan?

Iya, justru awalnya itu lebih ke arah siaran, tadinya sampai mau kayak ambil short course untuk broadcasting lagi segala macem di luar negeri gitu. Tapi, nggak tau, kayak God's plan aja.

Menarik, ya. Justru ketika diminta ibu untuk kembali melanjutkan skripsi, eh malah bertemu teman-teman yang kembali mengingatkan Kallula untuk bermusik.
Iyah, kayak pas lagi nongkrong di kantin setelah tutoring. Terus, ada aja anak-anak di situ yang mendorong. 

Apa sebenarnya peran musik bagi seorang Kallula?
Di saat aku bisa song writing. Teman aku yang mendorong aku untuk song writing, katanya, "lo tuh harus bisa nulis. Lo kan penyanyi, nggak mungkin lo nggak nulis. Lo mau siapa yang nulisin lagu lo?". Aku jawabnya, "ya, nggak tau, orang kek", eh dijawabnya "nggak mungkin, lo harus bisa nulis, udah, udah, bayar orang mahal, lo mendingan belajar nulis sendiri" hahaha. Aku bingung juga awalnya harus mulai dari mana. Lalu, dia bilang, mulai dari pertanyaan, "what excites you?", atau mungkin bisa dari dengar lagu orang lain, atau nonton film, atau baca buku. Terus, I tried to find my way around, akhirnya baca buku yang paling dapet buat aku. Apalagi kayak poem books, aku suka. Setelah aku baca-baca, ternyata bagus ya cara penulisan poetry itu, ada rima yang a-b-a-b, a-a-a-a, rhyming-nya gitu. Lalu, aku belajar sampai akhirnya I fell in love with song writing. Sampai aku nulisin lagu buat orang lain, yang sebenarnya susah buat aku karena kan kita harus menulisnya berdasarkan apa yang mereka mau.

Okay, let's talk about This Love yang baru saja released. Bagaimanakah prosesnya?

Prosesnya dari Bulan Juli 2019, cukup cepat, tiga bulan. Tapi pemikiran tentang aku sendiri ingin solo itu sudah lama, karena kan tanggung jawabnya at least Kimokal sudah selesai dua album, terus yang lain juga sudah selesai, tidak ada yang ganggu timeline. Justru Kimo yang bilang, "lu katanya mau solo? Ayo, ini udah Bulan Juli, nih.", tapi ya aku tanya balik apakah nggak apa-apa untuk aku solo. Tapi, nggak apa katanya karena kan Kimokal juga baru release single yang judulnya Just Like You. Lagu itu released di sekitar Maret April, lalu Juni kan puasa dan ada pemilu. Nah, Juli banyak waktu kosong dan Dipha pun masih sempat untuk workshop, karena producer-nya kan Dipha untuk This Love ini. Jadi, lucunya adalah yang encourage aku untuk solo adalah Kimo dan Dipha yang juga sebagai producer. Jadi, kayak mereka lagi mereka lagi. I feel so blessed, semua teman-teman begitu supportive untuk lagu ini. Nabila (manager) ini pun sudah ada sejak lagu No One Can Stop Us, dari awal udah nemenin. Kevin (PR of Ismaya) pun juga aku sudah sering main di acara Ismaya, DWP lah, WeTheFest lah, Sunny Side Up lah, Ismaya 15 juga. Ismaya lagi Ismaya lagi, hahaha. Records-nya juga under Ismaya. Jadi, kayak I think this is the perfect timing. Dari dulu kayak mau bikin ini itu, tapi akhirnya nggak kejadian. One thing led to another, ada aja masalah sampai nggak bisa solo dulu. Ketika semuanya akhirnya aligned, ya sudah, this is the right time. Released di Bulan Oktober, tadinya mau 10-10 (10 Oktober), lucu gitu dan bagus untuk di poster. Padahal itu bukan Hari Jumat, soalnya kan lagi trend banget release lagu baru di Hari Jumat, new music on Friday gitu. Tapi, ya sudah, nggak apa-apa, aku nggak peduli, nanti juga toh akan ada di Hari Jumat. Yang penting 10-10 ini. Tiga bulan proses editing terus proses buat rekamannya, Dipha dan Barsena ikutan membantu juga untuk vocal directing, yang buat sedikit lama adalah mixing dan mastering-nya karena mastering-nya di London. Udah, pas sudah jadi, pas dengerin ya sempat panikan, berasa ada yang kurang, normal. Lalu, pas lagunya release, kayak, hhhh akhirnya.. Tapi, ya belum selesai sih, it was just a beginning. But, still, kayak pas baru keluar itu, aku excited banget dan langsung WhatsApp Dipha, berterima kasih banget dan baper banget akhirnya sudah selesai, sudah keluar lagunya, seneng banget.

Apa cerita di balik lagu ini?
How to move on with your life, essentially.

Berdasarkan cerita pribadi atau apa yang mungkin sedang terjadi di publik?
Waktu nulis sih aku nggak menuju ke exactly to me, waktu nulis ya it just happened karena Dipha ngeluarin kayak beberapa notes gitu, dan aku berasa lagunya dreamy banget, bagus gitu. Tapi, in a way dramatic juga, euphoric juga, jadi ya udah deh bikin lagunya yang lebih ada connections aja sama orang, jadi ketika orang mendengarkan bisa heartfelt, bisa relate, kayak "oh my God, it is so me!". Aku pengen banget bikin lagu yang orang lain bisa kayak, "oh my God, it is so me!". Jadi, pas nulis kita twist aja yah lagunya ke sini. Sebenarnya semua orang pasti pernah mengalami bad relationship, toxic relationship and everything. And then I saw generasi sekarang ini kok galau banget, move on itu kayak susah banget, kayak first world problem, padahal enggak. First world problem adalah ketika kamu nggak bisa bayar listrik, sayang. Atau, skincare kamu habis, hahaha. Akhirnya, aku kepingin lagunya tentang empowering people to go on, to move on, and to be in a better state aja. 

Bagaimana respon publik terhadap lagu tersebut?
Awalnya sih kita nggak nyangka akan secepat ini dan sebanyak ini, baru dua minggu lagunya released. We feel blessed and happy of course melihat responnya. Tapi, we want to reach bigger and higher market juga, karena lagu ini kan memang bisa mass dan bisa ke banyak kalangan gitu, nggak hanya ke anak muda juga, mungkin yang lebih dewasa juga masih bisa dengan lagu ini. Meskipun di chart radio kelihatannya lebih ke anak muda ya. 

(Foto: Dok. Gita Paramita)

Next, apakah akan mau lanjut solo atau stick to duet and band?
Sayang gak sih cuman satu? Hahaha. Next year ya, Kev? (sembari berbicara kepada Kevin yang duduk di sebelahnya), coba kita langsung malak aja. I think next year would be nice, karena ini kan baru keluar Bulan Oktober. Let's give like three to four months. Aku rencananya ingin sekali untuk membuat album, tapi daripada albumnya kelamaan, jadi satu-satu dikeluarin juga nggak apa-apa, and then it will become an album anyway.

Selama ini mungkin publik sudah terbiasa dengan Kallula yang berada di dalam Kimokal atau mungkin featuring with Dipha Barus, apakah ada perbedaan ketika solo?

But, Kimokal is also my baby, we started everything from zero, it is also mine. So, I cannot just leave it alone, Kimokal tetap my priority. Tapi, ketika solo ini keluar, sudah sempat ngobrol juga sama Kimo. Tapi, Kimo justru yang encourage untuk fokus solo dulu saja, Kimokal kan juga baru release. Kalau mau manggung ya manggung aja, tapi kalau mau vakum juga nggak apa-apa. Karena Kimo pun juga ada beberapa project yang ingin dia selesaikan untuk dirinya sendiri. So, I think it is a time for us to take a break for a moment, and then at the right time, at the right place, kita bisa balik lagi.

I think this is the most important thing in finding a partner who can support, like instead of pulling you down, they push you to the greater you.

Nggak tau kenapa, tapi pertemanan aku ini semuanya sangat supportive. Makanya, aku balikin lagi, I feel like I have been so blessed to have this surroundings. Menurut aku, support system itu penting banget. Teman-teman aku yang sekarang ini, entah kenapa, yang dari awal I chose to be with, ya mereka yang ada sampai saat ini adalah mereka yang support aku juga sampai hari ini. So, I feel very blessed and I feel I am in the right time and right position aja, sih. 

Selain Anda aktif dalam bermusik, Anda juga aktif di Instagram sebagai fashion influencer, baru juga launched a business, lalu kolaborasi juga dengan brand, bagaimana Anda membagi diri?

Sebenarnya membagi diri adalah dimana kita bisa mempercayakan tugas kepada orang lain. Karena enggak mungkin kamu mengerjakannya semua sendiri, bohong banget. You have to have a solid team to do it for you. Throughout my career, I have my own management to do it for me, I have my own team, jadi aku pisah sekarang. Label aku punya team sendiri, ada tim untuk menangani endorsement dan partnership, ada juga yang mengurus untuk musik dan manggung. So, I have three different types of group in my life right now, jadi aku bisa assign semuanya barengan. Jadi, learn to trust people aja, sih. Karena, at the end of the day sharing is caring juga. I don't mind sharing everything if I could have a big company yang semuanya orang di dalamnya sukses, I would be so happy. Makanya, kita hidup di ekosistem yang semuanya saling support satu sama lain karena we know at the end of the day, it is all about us juga. It is not about you, you, you. Just learn to trust people and then learn to have a bigger team and a bigger team, karena at the end of the day itu akan balik lagi ke kalian juga.

Sangat social person, ya. Okay, jadi di antara semua pekerjaan itu, what would you regard yourself as?

As a multitasker.

I thought the answer would be like a musician, hahaha.

No, I don't like to be labeled as one thing. Karena everything shapes you, every step of the way that you took in life shaped you as a person. Jadi, aku lebih suka dilabel sebagai, apa yah? Not even an entrepreneur. Well, just me, Kallula.

(Foto: Dok. Gita Paramita)