In Power We Dress

Beastie Vanity

 

Disaat ranah mode negeri ini disibukkan dengan presentasi kolaborasi antara desainer dan label untuk pekan mode Plaza Indonesia. Sementara dibelahan dunia lainnya riuh rendah pekan mode di dua pusat mode dunia, justru disibukkan dengan transisi para creative director dari para high end brand dunia.  

 

Seperti yang telah digadang-gadangkan sebelumnya bahwa penunjukan beberapa creative director untuk beberapa lini legendaris dunia, menjadi perhatian besar bagi para pemerhati mode. Apakah para creative directoryang dianggap sebagai nahkoda baru tersebut dapat menghormati heritage brand tersebut, atau justru sibuk mengedepankan idealisme-nya sendiri.

 

Pada musim ini tentu semua mata tertuju pada mereka. Ditunjuk untuk mengemban tanggung jawab  besar, tentu harus dapat menjawab tantangan dan ekspektasi semua sisi yang terlibat, tak hanya para customer dan investor, tetapi dapat merangkul audience baru. Ditambah pula penekanan penjualan dari kiri dan kanan.

 

Beberapa nama yang menjadi highlight dalam ranah mode dunia diantaranya adalah Matthieu Blazy (Chanel), Pierpaolo Piccioli (Balenciaga), Glenn Martens (Maison Margiela), Duran Lantink (Jean Paul Gaultier), Jack McCollough & Lazaro Hernandez (Loewe), Miguel Castro Freitas (Mugler), Simone Bellotti (Jil Sander), Dario Vitale (Versace), Louise Trotter (Bottega Veneta), JW. Anderson (Dior).

Dior S/S 2016 salah satu karya JW Anderson tahun ini.

 

Layaknya terpilih presiden baru untuk suatu negara. Maka nama-nama tersebut pun di-ekspektasikan dapat memberikan harapan baru bagi rakyat yang kehausan dan kelaparan akan mode. Baru saja beberapa waktu presentasi untuk brand-brand tersebut dilansir ulasan dan kritik di dunia maya pun bertaburan, dan membagi rakyat mode dalam dua bagian, yaitu pro dan kontra.

 

Tiga nama yang mendapatkan standing ovation di musim ini adalah Matthieu Blazy yang berhasil membawa nafas segar dengan menampilkan siluet yang lebih ringan namun tetap menghormati heritage dari Chanel. Begitu pula dengan JW Anderson yang mengulik archive Christian Dior dan mengawinkannya dengan modernitas saat ini. Disisi lain Pierpaolo Piccioli akhirnya dianggap sebagai pahlawan penyelamat untuk Balenciaga setelah sebelumnya porak poranda dibuat oleh Demna. Pierpaolo berhasil membawa Balenciaga kembali kepada kekuatan siluet klasiknya.

Balenciaga S/S 2026. Salah satu karya Pierpaolo untuk Balenciaga.

 

Lantas bagaimana dengan beberapa brand lainnya seperti Maison Margiela, Jean Paul Gaultier, Mugler, Jil Sander,  Versace? Salah satu tolok ukur utama dari kinerja para creative director baru adalah, mereka dianggap berhasil apabila dapat menyeimbangkan heritage dari brand tersebut dan memberikan sesuatu kreasi baru. Sementara untuk beberapa brand tersebut diatas dianggap belum berhasil menjawab ekspektasi dalam membuka babak baru ini. Artinya rakyat mode harus lebih bersabar lagi yah!        

Chanel 2026