Berbuat Baik, Berbalas Kejam

Common Sense

Taburlah benih kebaikkan, maka engkau akan menuai kebaikkan pula di kemudian hari. Ucapan tersebutlah yang sering diucapkan oleh almarhum nenek dan kakek saya ketika saya kecil dulu. Bahwa sebagai manusia senantiasa harus berbuat baik, menolong tanpa pamrih dan suatu hari kebaikan tersebut akan kembali kepada kita.

 

Sebagai seorang anak kecil yang masih polos tanpa terkontaminasi akan hal-hal keduniawian yang pelik, tentu budi pekerti yang telah ditanamkan semenjak kecil melekat dengan erat dipikiran saya. Bahwa menjadi jujur dan berbuat baik adalah dua hal yang berjalan berdampingan. Dan setiap kali ada hal yang sedikit berbeda dari garis budi pekerti yang telah ditanamkan membuat nurani saya berkata ‘tidak setuju’.

 

Bahwa semakin menanjak dewasa hingga menginjak usia 40 tahun, membuat saya semakin melihat bahwa manusia semakin kesini, justru semakin mengada-ada. Dulu ketika saya berusia belasan, gambaran dimata saya adalah bahwa manusia itu semakin bertambah usia akan semakin matang. Baik secara pemikiran, kelakuan, emosi dan lainnya. Namun apa yang saya dapati justru berbanding terbalik.

Photo by Liza Summer - Pexels.com

Menjadi orang baik ternyata untuk sebagian orang yang memiliki kepentingan, adalah sasaran empuk untuk dijadikan jembatan bagi memenuhi tujuan mereka. Mungkin saya salah satu orang yang cukup naif dalam menilai kebusukkan seseorang, dengan kata lain saya cukup denial dalam menghakimi gelagat seseorang. Akibat hal tersebutlah saya seringkali menjadi korban untuk melicinkan perjalanan mereka yang berbatu.

 

Menjadi bulan-bulanan untuk meminjamkan uang atau barang itu sudah biasa. Tetapi kalau meminjamkan nama baik untuk kepentingan menaikkan prestasi di mata khalayak, tanpa permisi terlebih dahulu menurut saya itu tidak bisa ditoleransi. Karena kredibilitas nama seseorang itu tidak diukur dengan jumlah followers yang banyak ataupun pekerjaan semalam suntuk untuk meraih kredibilitas tersebut. Yang pasti butuh waktu dan perjuangan.

 

Menjual nama seseorang untuk memasarkan diri atau produk memang saat ini dilakukan oleh semua orang, tetapi lihat dulu konteksnya untuk apa dan bagaimana imbasnya. Sementara kalau nama seseorang yang dijual justru menimbulkan pandangan yang miring. Maka sudah pasti merugikan.

 

Nah, kembali kepada nasehat yang diutarakan oleh nenek - kakek saya diatas bahwa menabur kebaikkan ternyata tak selamanya juga menuai kebaikkan kembali, karena di era zaman now sebuah kebaikkan bisa juga menuai perangkap diri dikemudian hari.  

  

Photo opening by Lisa Fotios - Pexels.com