Siang menjelang sore saat pesawat yang kami tumpangi mendarat di Bandara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin, Tanjung Pandang, Belitung yang merupakan bagian dari propinsi Bangka Belitung dan terletak di sebelah Tenggara pulau Sumatera. Beberapa waktu setelah semua bagasi terkumpul, kami langsung naik mobil jemputan yang mengantar ke Sheraton Belitung Resort.
Terletak di Jantung Tanjung Kelayang Reserve Natural Site, atau diresmikan oleh Presiden sebagai Special Economic Zone (Kawasan Ekonomi Khusus), resort bintang lima Pertama di Belitung dengan luas 8,4 hektar ini memiliki 123 kamar termasuk suite dan dua buah villa. Memiliki dua restoran, juga fasilitas seperti ruang serbaguna, kolam renang, arena bermain anak, gym, dan spa. Selain itu karena Sheraton Belitung Resort berlokasi tepat di pinggir pantai UNESCO Geosite Tanjung Kelayang, maka bekerjasama dengan Bluemind Experience kita dapat menikmati berbagai aktivitas bahari.
Tanjung Kelayang Reserve Natural Site adalah pengembangan berkelanjutan dengan total luas area 350 ha, dimana 200 ha area dari bagian nya, didedikasikan sebagai Natural Reserve untuk melindungi biodiversitas yang hidup di dalam area Tanjung Kelayang Reserve. Berlokasi di kepulauan Belitung, Tanjung Kelayang Reserve Natural Site resmi dinobatkan sebagai Belitong UNESCO Global Geopark pada tahun 2021 karena dinilai memiliki lanskap alam dan struktur geografis batuan granite purba berusia 213 juta tahun sejak era Triassic.
Aktivitas pertama kami ketika tiba di area hotel adalah berkunjung ke tempat pemeliharaan sarang lebah. Kami bisa langsung melihat lebah dan madunya. Kami bahkan dipersilahkan untuk menghisap madu langsung dari sarangnya. Hasilnya, saya auto beli. Karena rasa madunya berbeda dari yang biasa. Setelahnya kami buru-buru check in untuk mempersiapkan diri menumpang perahu motor mengejar sunset di pulau Tukong. It was so beautiful.
Keesokan harinya, kami menikmati sarapan dengan lebih santai. Tidur saya benar-benar nyenyak semalam. Hari ini rencananya kami akan island hoping. Kami mengunjungi pulau Kepayang, mampir di pulau Kelayang, berfoto-foto di pulau Kepala Garuda, serta melewati pulau Lengkuas dan pulau Batu Berlayar. Sayangnya saat itu air laut sedang pasang, sehingga kita tidak bisa melihat pulau Pasir. Namun makan siang di pulau Kera terasa sangat menghibur. Makan enak, minum air kelapa segar sambil ngobrol berfoto dan bermain air.
Pulang dari makan siang, kami kembali ke hotel. Saya mencoba spa yang menggunakan kantung terbungkus kain yang berisi biji-biji lada yang dipanaskan sebagai pengganti hot stone yang biasa digunakan. Mengingat Belitung adalah pulau penghasil biji terbesar di Indonesia, tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencobanya. Hangat yang terasa saat kantung-kantung itu menyentuh kulit melepaskan kepenatan tubuh yang sebelumnya.
Selesai spa, saya cepat-cepat mandi dan bergegas kembali ke pantai untuk kembali naik perahu motor. Kali ini kami akan makan malam di area glamping di Ekobeach. Menu istimewa malam itu adalah rajungan. Memang benar kata orang, kualitas baik tidak memerlukan terlalu banyak bumbu. Rajungan yang kami nikmati malam itu hanya direbus dan dimakan hanya dengan dicocol saus. Dagingnya yang putih dan tebal terasa sangat memuaskan dinikmati di pantai berpasir sehalus tepung terigu.
Kami bangun lebih pagi keesokan harinya. Whistle Trail adalah tujuan kami. Kami menunda sarapan agar masih dapat menikmati udara yang belum terlalu panas saat menyusuri hutan dengan tumbuhan-tumbuhan langka. Kami juga berkesempatan untuk menanam pohon Pelapak (Hopea bilitonensis) yang termasuk langka, padahal menjadi salah satu pohon endemik di provinsi Bangka dan Belitung. Dengan menanam pohon ini, kami membantu mengembalikan alam liar di area tersebut, bahkan kami juga bisa menaruh papan dengan nama kami masing-masing di dekat pohon yang ditanam.
Setelahnya kami kembali ke hotel, bersiap-siap check out dan sarapan sebelum akhirnya berangkat ke airport untuk kembali ke Jakarta. Di sepanjang perjalanan saya memikirkan trip saya ke Belitung 10 tahun ya lalu. Trip akibat pengaruh Laskar Pelangi, sebuah novel bagus yang kemudian di filmkan juga menjadi film yang bagus. Keindahan alam dengan bebatuan 10 tahun yang lalu masih sama dengan keindahan alam dengan bebatuan saat ini. Untuk saya 10 tahun yang lalu dan saat ini, alam Belitung lebih indah dari alam negara tetangga yamg juga terkenal dengan bebatuannya. Hanya jika 10 tahun yang lalu Belitung kalah bersaing dalam hal resort, saat ini kehadiran Sheraton Belitung Resort bisa bahkan harus diperhitungkan. Jangan lupa untuk memasukkan Belitung ke dalam bucket list Anda.