The Legacy Continues

Common Sense

Kembali ke Fitri. Apa makna sesungguhnya yang Anda dapatkan dari kebersamaan raya dalam dua hari kemarin?

 

Selain ritual bermaaf-maafan, menikmati ketupat dan mengunjungi kerabat. Lebaran mungkin menjadi sebuah awal untuk memulai sesuatu yang baru. Suatu hal positif yang akan kita bawa untuk kedepannya.

 

Suatu pertemuan silaturahmi yang diadakan setiap tahun, mungkin dapat menjadi sebuah momentum melepas rindu akan kerabat dan saudara yang telah lama tak jumpa, selain bertukar kabar dan informasi mengenai kehidupan satu sama lain.

 

Jika selama berdekade ritual yang dilakukan selama hari raya adalah sekedar melaksanakan tradisi apa yang telah dilakukan orang tua kita sebelumnya. Kini ragam tradisi tersebut pun kian berkembang seiring kemajuan digital.

 

Berikut adalah ritual baru yang disematkan dalam momentum lebaran, sesuai kekinian saat ini:

 

  1. Lokasi photo shoot: Jika selama ini menata rumah hanya sekedar untuk meluaskan area rumah dengan re-layout ruangan, dan membereskan rumah dari barang-barang yang tak terpakai. Kini dalam menata rumah juga wajib memperhitungkan spot area yang photogenic, dalam kata lainnya instagramable. Karena agenda lebaran kekinian sesi sungkeman hanya dilakukan 3 menit, sementara sesi photo shoot bisa mencapai 3 jam.
  2. Selain sisi pemotretan yang mendominasi ritual lebaran, agenda lainnya juga diisi dengan ber- Tik Tok Ria. Kebutuhan konten jenaka pun wajib juga diselaraskan dalam  mengisi ritual kebersamaan. 
  3. Salam tempel. Makna salam tempel jaman dulu adalah ketika bersalaman, seketika ada sesuatu yang menempel pada tangan, yaitu berupa uang THR yang biasa diberikan kepada anak-anak kecil hingga orang dewasa yang belum/tidak bekerja. Tak hanya sekedar berbagi kebahagiaan dalam bentuk materi, THR yang biasa diberikan ketika bersalaman, kini telah bergeser menjadi pengiriman scan QR rekening yang dikirimkan melalu whatsapp. Selanjutnya Anda dapat cek langsung penambahan saldo dalam rekening Anda.
  4. Setelah momentum klimaks dalam lebaran terlewati. Detik-detik anti klimaks pun diisi dengan berdiam diri satu sama lain. Momentum downtime tersebut bukanlah sesi untuk meditasi, melainkan sesi untuk mengunggah (upload) foto dan video hasil kebersamaan lebaran. Tentunya tak hanya flexing foto-foto lebaran, namun juga diselipkan bumbu-bumbu ‘kepo’, untuk melirik akun media sosial orang lain.
  5. Last but not least,…caption dari postingan pun harus mendukung kualitas foto yang memukau tersebut. Agar dunia tipu-tipu menjadi seru, kalimat yang dituliskan pun tak boleh basic pastinya. Berbagai pantun kerap disematkan dalam postingan tersebut. “Buah duku – buah kedondong, like foto aku dong!”