Problematik

Common Sense

Tahun 2024 yang dalam 2 minggu lagi akan berakhir, buat sebagian orang mungkin meninggalkan banyak kenangan manis ataupun mungkin kenangan pahit. Layaknya sebuah kehidupan kadang berada diatas dan kadang berada di bawah. Yang pasti segala hal yang telah terjadi di sepanjang tahun ini meninggalkan banyak pelajaran.

 

Mulai dari mengenal orang baru dengan berbagai ragam karakternya, mempelajari hal baru, gaya hidup baru, hingga mempelajari bagaimana mengatasi rasa emosi. Yang mana semakin bertambah usia, justru semakin sulit untuk dikontrol. Emosi disini bukan hanya mengenai suatu amarah, melainkan perasaan lainnya seperti sedih, bahagia, dengki ataupun perasaan-perasaan lainnya.

 

Sama halnya dengan isi pikiran yang kadang-kadang sulit untuk dibatasi. Seringkali hal-hal yang tidak perlu dipikirkan, silih berganti berdatangan tanpa dapat difilter. Sehingga merusak suasana hati dan terlebih lagi parahnya, dapat menurunkan semangat untuk beraktifitas.

 

Apakah ini harga yang harus dibayarkan dari suatu usia dalam kehidupan? Bahwa pengalaman hidup tentu memberikan kita kelihaian dalam menghadapi suatu problema, namun semua itu harus dibayar dengan ragam kesulitan pikiran dan emosi diri yang fluktuatif.  

 

Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang wanita yang menceritakan kehidupannya bahwa ia ditempa oleh suatu masalah. Singkat cerita ia menjadi korban fitnah atas isu perselingkuhan yang dituduhkan kepadanya. Tentu sebagai seorang pendengar yang baik, saya mencoba untuk memberikan support moral dan dukungan untuk maju. 

 

Tapi ternyata suatu kebohongan yang ditutup sedemikian rapat nyatanya tetap dapat tercium juga. Cerita yang ia utarakan kepada saya seolah ia adalah victim. Namun informasi valid nyatanya bisa datang dari berbagai arah. 

 

Singkat cerita, lagi-lagi saya yang harus menyimpulkan sendiri mana yang harus saya dengar dan mana yang harus saya abaikan. Intinya jika selama ini kita berinvestasi waktu dengan seseorang baik hanya mendengarkan sesuatu atau memberikan nasehat, jangan pernah berharap lebih. Bahwa nantinya ia akan mengikuti nasehat Anda atau akan berterima kasih kepada Anda. Karena sesungguhnya manusia itu dapat menjadi apa saja yang ia inginkan demi kelangsungan hidupnya.