The Phenomenal

Kendati memahami atau tidak arti lirik dari lagu-lagu tersebut, itu tak menjadi masalah. Selama masih terdengar serupa pengucapannya.

Archive

Sebuah akhir minggu yang lalu menjadi sebuah saksi bahwa berbagai generasi hanya dapat disatukan dengan musik. Tak hanya itu saja, hampir seluruh penduduk Indonesia dari berbagai kota di negeri ini dapat bersatu berkat suatu lantunan musik. Kiranya kalimat tersebutlah yang dapat merepresentasikan sebuah konser musik dari girl band asal Korea Selatan, Black Pink. 

 

Beberapa hari yang lalu menjadi hari yang ditunggu-tunggu bagi para die hard fan Black Pink tentunya. Pada 2 hari di akhir pekan lalu media sosial mendadak ramai dengan unggahan persiapan menuju Gelora Bung Karno. Mulai dari postingan Dian Sastrowardoyo dengan putrinya yang siap memakai make up dan kostum ala Black Pink, hingga para mahmud (mamah muda) lainnya yang menemani putrinya untuk konser tersebut.

 

Nyatanya para ibu-ibu ini tidak hanya sekedar menemani sang putri saja, tetapi mereka juga turut menikmati konser tersebut. Salah satunya Izabel Jahja yang juga menuliskan caption mengenai betapa antusiasnya ia untuk menyaksikan penampilan Black Pink.

Photo: Wendy Wei - Pexels.com

Mungkin momentum ini dapat dikatakan sebagai ‘family time’ versi era saat ini, bahwa momentum bonding bersama anak tak mungkin dilewatkan sebelum putri mereka beranjak dewasa. Saya tentu bisa merasakan energi tersebut hanya dari unggahan story dan feed, bahwa seorang ibu tentu menjadi sahabat terbaik bagi sang anak untuk melonjak-lonjak di tengah stadium dengan diiringi alunan musik.

 

Kendati memahami atau tidak arti lirik dari lagu-lagu tersebut, itu tak menjadi masalah. Selama masih terdengar serupa pengucapannya. Fenomena ini mungkin hanya terjadi sekali dalam satu generasi, dimana orang tua dan anak sama-sama menggemari sebuah girl band yang sama.

 

Jika  dilihat lagi kebelakang, disaat saya masih remaja. Ketika jaman itu orang tua saya paling hanya sebatas menggantar sampai di depan pintu masuk arena konser. Selanjutnya mereka akan menjemput saya lagi ketika konser usai. Yang saya tau saat itu adalah mereka tidak mengerti musik yang saya tonton, dan yang kedua buat mereka akan terlihat malu jika seusia mereka masih melonjak-lonjak di arena musik, dan yang ketiga bagi mereka nonton konser adalah membuang-buang uang. “Nonton aja di TV, sama aja toh! Gak panas lagi!” kiranya itulah yang mereka ucapkan tiap kali diajak nonton.

 

Waktu adalah suatu yang berharga. Mungkin ketika sang anak menonton konser bersama orang tuanya, mereka tak hanya merasa terlindungi, tetapi juga akan membawa memori khusus dalam ingatan mereka. Bahwa sebuah momentum kebahagiaan mereka dilalui bersama orang yang mereka paling sayangi. It’s mean a lot! And that’s why we called it phenomenal     

 

 

 

Opening photo by Vishnu R. Nair - Pexel.com