Akhir-akhir ini sangat banyak saya terima undangan pameran seni. Salah satu yang saya sambangi adalah dari ISA Art & Design yang membawakan pameran tunggal seniman perempuan Bali bernama Sinta Tantra. Terkenal akan kecintaannya terhadap warna dan komposisi, karya Tantra menjadi eksperimen dalam skala dan dimensi, sebuah perpaduan antara pop dan formalisme, sebuah eksplorasi tentang identitas dan estetika.
Karyanya yang diterjemahkan dalam lukisan abstrak dan mural, tersohor hingga ke negri orang seperti Hong Kong, London dan Liverpool. Namun, tak perlu jauh-jauh untuk menikmati karya seniman muda ini, karena ISA Art & Design menggelar karya Tantra di Wisma 46, Jakarta sampai 30 September 2022.
Saat pembukaan pameran, Tantra menjelaskan kalo kali ini karyanya menyoroti tentang cerita hidup serta sejarah keluarganya. Tantra menyebutnya sebagai “konstelasi,” dan jadilah pameran ini bertajuk “Constellation of Being.”
Gaya lukis yang terinspirasi dari Nyoman Lempad, dipadukan dengan pelukis Eropa, tergambarkan dalam siluet-siluet dedaunan tropis dengan latar bentuk geometris abstrak dan linen. Dengan warna lembut seperti biru, pink, dan abu-abu, karya Tantra melebur “cantik” di mata saya.
Lebih dari dua tahun Tantra melakukan riset di kala pandemi. Kedua orang tuanya menjadi sumber dalam menggali informasi sejarah dan memori berkesan dalam keluarganya. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan sekaligus tentang hubungan antar-keluarga dilampirkan oleh Tantra menggunakan cat tempera di atas linen foto. Ia juga menggunakan bahan organik dan mineral yang gambarkan proses “hidup dan bernafas.” Saya juga melihat ada lembaran emas yang ditempelkan pada lukisan. Tantra mengaku bahwa ditempelkannya lembar demi lembar daun emas di dalam lukisannya.
"Saya ingin terhubung dengan orang-orang pada tingkatan yang telah melampaui kata-kata dan budaya. Saya memiliki perbendaharaan bentuk dan warna yang dapat saya pasang dan bongkar serta seperangkat aturan yang bisa saya ikuti atau saya langgar jika diperlukan," ungkap Tantra.
