Parade Busana Dalam Piala Citra

Beastie Vanity

Jika Jakarta Fashion Week adalah momentum yang ditunggu setiap tahunnya oleh para pelaku industri mode, maka Festival Film Indonesia adalah sebuah perhelatan yang dinantikan oleh para pelaku perfilman di negeri ini. Suatu ajang apresiasi tertinggi bagi berbagai karya yang diproduksi sepanjang tahun ini.

 

14 November 2023 yang lalu bertempat di Ciputra Artpreneur, Piala Citra ke-43 yang digelar dibawah arahan Ketua Komite Festival Film Indonesia periode 2021-2023, Reza Rahardian. Berbagai kategori yang diunggulkan mengharumkan nama para nominator yang dipilih oleh para juri berdasarkan kepiawaiannya masing-masing. Acara yang digelar selama lebih dari tiga jam ini pun memburaikan berbagai emosi. Mulai dari derai tawa hingga momentum mengharukan. Yang mana dari mata penonton tentu akan dapat terlihat betapa besarnya perjuangan para sineas yang tergabung didalamnya, meluapkan emosi kepuasan akan suatu proses panjang dalam menciptakan sebuah produksi yang baik.

Garin Nugroho, Aimee Saras, Reza Rahardian | Foto: Arman Febryan

 

Mungkin sebagai penonton awam kita hanya dapat menikmati hasil akhir dari sebuah film dan mengomentari dengan sepuasnya akan produksi tersebut. Ya, penonton memang butuh dipuaskan. Namun terkadang kecacatan-kecacatan kecil menjadi buah manis untuk diperbincangkan atau bahkan menjatuhkan. 

 

Saya sebagai seorang yang lebih sering menghadiri acara presentasi busana ketimbang ajang penghargaan film, mungkin sedikit ‘terkejut badan’ ketika harus duduk berjam-jam untuk memberikan tepuk tangan dan sesekali berdiri untuk memberikan standing applause. Ya, karena apa? Hal tersebut disebabkan dalam industri mode, presentasi busana diadakan tak lebih dari satu jam. Atau bahkan jika presentasi di 4 kota mode dunia (London, Milan, Paris, New York) hanya diadakan selama 20 menit. 

Anya Geraldine dalam balutan busana Eddy Betty | Foto: Arman Febryan

Tentu hal tersebut tak membuat saya menjadi tidak menghargai ajang penghargaan ini, justru sebaliknya. Saya justru mempelajari dan memperhatikan apa yang dapat dijadikan pelajaran dan experiencetersendiri bagi saya. Toh tugas saya hanya duduk manis dan menikmati bertaburnya para bintang yang hilir mudik di hadapan saya.

 

Bagaimana cara mereka berinteraksi satu sama lain, dan bersenda gurau di antara jeda pemberian penghargaan, adalah suatu momen yang unik untuk diperhatikan. Satu hal yang saya acungi jempol, bahwa sinergi antara industri mode dan film saat ini sudah mulai terasa beberapa tahun terakhir. Yakni dengan cukup berkonsepnya para nominator dan aktris yang hadir dalam balutan pakaian para desainer tanah air. Salah satunya karya Wilsen Willim dan Mahija yang ramai membanjiri red carpet FFI 2023 malam itu. Diantaranya Michelle Tahalea, Rossa, Sha Ine Febriyanti yang tampak iconic dalam rancangan Wilsen Willim yang baru saja dipresentasikan bulan lalu.

Rossa dalam balutan busana karya Wilsen Willim | Photo courtesy: Yoland Hand

Sementara Titi Radjo Padmaja dan Marissa Anita yang terlihat anggun dalam balutan ala kebaya Janggan karya Era Soekamto. Dan dalam tekstur bahan beludru dapat dikenali dengan mudah bahwa karya Biyan yang menggantung di tubuh Wulan Guritno, dan Reza Rahardian. 

 

Beberapa dari mereka memang dapat dikenali dengan siluet kebaya tradisional, namun beberapa aktris memilih untuk bereksplorasi dalam penampilan, seperti yang dilakukan oleh Asmara Abigail dalam busana Harry Halim dan Aimee Saras dalam balutan koleksi Eri Dani.

Asmara Abigail dalam balutan busana rancangan Harry Halim

Kendati Piala Citra bukanlah suatu kewajiban yang harus dibawa pulang pada malam itu. Namun penampilan menjadi nomor satu untuk unjuk gigi dalam perhelatan tersebut. Selamat untuk para pemenang dan nominator untuk Piala Citra 2023!