Perbincangan bersama Addy Debil, Seniman Muda dengan Karya Pemberi Bahagia

Sore itu rintik hujan membasahi ibu kota. Ketika roda taksi yang saya tumpangi berhenti di depan galeri seni Ruang Dua Sembilan, kawasan Tomang, Jakarta Selatan, rasa penasaran saya kian memuncak. Sepanjang perjalanan tadi, seraya membaca profil singkat dan berita tentang Addy Debil di dunia maya, saya terus bergumam dalam hati: Seperti apa sosok seniman kelahiran 1993 ini dan karya apa yang ia ciptakan hingga di usianya yang tergolong muda untuk kalangan dunia seni Indonesia, ia sudah mampu membuat Rachel Gallery percaya diri untuk menggelar dan mendedikasikan sebuah pameran tunggal untuknya?

Ketika pintu galeri saya buka, hal pertama yang saya rasakan adalah dinginnya embusan angin air conditioning  di dalam galeri. Tapi warna-warna dan karakter lukisan yang mengelilingi ruang memberi kehangatan yang berbeda. Karya-karya Addy yang sedang dipersiapkan untuk pameran bertajuk "HAPPY!" di sekeliling ruangan seakan membawa saya ke dimensi berbeda. Saya berada di ruang yang begitu menyenangkan, layaknya anak-anak yang baru masuk ke dalam ruang penuh dengan es krim berbagai rasa. Saya pun seketika jatuh hati.

Potongan Lukisan Addy Debil untuk Pameran "HAPPY!" (Foto: Andreas Winfrey)

Seniman asal Bandung ini sudah memiliki sederet pengalaman yang lumayan panjang. Salah satu yang membanggakan adalah pada tahun 2018 lalu, ia terpilih mewakili Indonesia, bersama sesama seniman muda, Muchlis Fachri [Muklay -red] untuk berkolaborasi dengan label mode UNIQLO dalam project "UT Feel The Sea". Dalam kolaborasi ini, Addy bersama seniman dari Filipina dan Thailand merancang produk pakaian yang kemudian dijual di lima negara Asean. 

Pameran tunggalnya bersama Rachel Gallery ini berlangsung di Ruang Dua Sembilan hingga 19 Mei 2019 mendatang. Berkesempatan untuk bercengkrama dengannya, saya mendapati bahwa keramahan Addy tak hanya tercermin di kehidupan sosial, tetapi juga pada karya-karyanya yang diisi dengan tujuan untuk membuat penikmatnya merasa "HAPPY!". 

Potongan Lukisan Addy Debil untuk Pameran "HAPPY!" (Foto: Andreas Winfrey)

Sejak kapan Anda memutuskan untuk menjadi seorang seniman? 
Sebanarnya jika ditanya sejak kapan, tidak tahu pasti. Tapi saya mulai serius berkarya dan mencari nafkah dari dunia ini, sejak tahun 2011.

Apakah Anda masih ingat karya pertama Anda?
Awalnya, saya tidak bergelut di media kanvas atau ilistrasi digital. Tetapi justru mulai di jalanan. Karena saya tidak sekolah kesenian dan pada waktu itu belum ada media sosial untuk share karya saya dan belum kenal dengan galeri, akhirnya saya punya ide untuk berbagi karya saya di jalanan di Bandung. Pikir saya, kalau di jalan, semua orang dari berbagai kalangan dapat melihat karya saya. Dari sana, saya berkenalan dengan komunitas street art, kemudian baru tahu tentang ilustrator dan pameran. Akhirnya saya ikut pameran di Jakarta dan Yogyakarta, hingga bekerja sama dengan galeri seni. 

Addy Debil (Foto: Andreas Winfrey)
Addy Debil (Foto: Andreas Winfrey)

Dari kaca mata saya, saya melihat karya Anda tampak 'ringan' dan penuh dengan warna-warna yang playful. Tapi, biasanya karya seni yang terkesan 'ringan' dipandang, justru memiliki makna yang dalam. Apakah ada satu benang merah yang mengikat karya Anda?
Sejujur mungkin, saya ingin menjadikan karya-karya saya sebagai hasil interaksi saya dengan sekitar dan juga tentang happiness. Awal saya berkarya juga karena kesenangan menggambar sejak kecil, hingga akhirnya sekarang serius di dunia ini juga karena memang saya senang melakukannya. Akhirnya saya mengangkat tema happiness itu di setiap karya saya. Maka, keluarlah karakter-karakter lucu di karya saya, yang merupakan hasil inspirasi dari karakter kartun yang senang saya tonton dan juga dari hasil imajinasi saya sendiri.

Dan orang yang melihat karya Andapun bisa mendapatkan esensi happiness tersebut, ya.
Pengennya seperti itu. 

Untuk pemilihan warna, apakah ada warna khusus? Karena saya melihat dominasi warna biru dari karya-karya Anda. 
Iya, benar. Banyak faktor yang membuat saya suka dengan biru. Ada yang bilang "blue is the warmest color", adapula ungkapan "feeling blue". Katanya, biru yang aseli warna biru itu sedikit. Kebanyakan warna biru yang kita lihat hanya efek dari pantulan cahaya. Misteri itu yang saya suka. 

Potongan Lukisan Addy Debil untuk Pameran "HAPPY!" (Foto: Andreas Winfrey)

Tajuk untuk pameran kali inipun "HAPPY!", namun sebelumnya apakah ada tajuk lainnya?
Pernah ada pameran grup beberapa tahun lalu, judulnya 'beautiful matters'. Pernah juga berkolaborasi dengan seorang seniman untuk membuat buku berjudul "Happiness is Still Under Investigation". Jadi hampir semua karya berhubungan dengan happiness

Dari awal berkarya di jalan hingga sekarang memiliki pameran tunggal, apakah ada transformasi signifikan yang terlihat dari karya Anda? Mungkin dari segi warna atau karakter?
Dulu mungkin karena di street art, dituntut kecepatan. Turun ke jalan dan dalam semalam harus selesai. Semua raw dan messy. Sekarang, saya pikir tidak bisa terlalu berantakan. 
 

Akhirnya 'keberantakan' itu saya pindahkan ke penuhnya karakter dalam sebuah media, tapi kemudian di-finishing dengan rapi. Saya ingin menimbulkan curiosity dari kepenuhan ini. Semangat street art itu ditransformasikan ke gaya berkarya sekarang. 


Selain medium kanvas, media apa lagi yang Anda gunakan?
Ada mainan [miniatur -red], dengan  karakter bernama Space Person. Munculnya Space Person ini karena saya selalu tertarik dengan interaksi antar manusia. Saya suka mengekspresikan pandangan terhadap interaksi manusia yang baru saling mengenal. Ketika berkenalan, kita seakan masuk ke planet lain. Space Person itu meggambarkan bahwa setiap orang memiliki space masing-masing. Untuk miniatur, saya khususkan untuk Space Person. 

Potongan Lukisan Addy Debil untuk Pameran "HAPPY!" (Foto: Andreas Winfrey)

Karena Anda dapat dibilang seorang seniman muda, apakah ada seniman established yang menjadi panutan Anda dalam berkarya? 
Banyak sekali. Tetapi yang sekarang saya jadikan referensi kebanyakan seniman-seniman yang tengah naik daun, seperti Kaws, Takashi Murakami, James Jean, dan masih banyak lainnya. 

Sebelum bertemu dengan Anda, saya sempat membaca sebuah tulisan tentang karya Anda. Tulisan tersebut sempat membahas mengenai bipolar sebagai esensi karya Anda. Bisa dijelaskan?
Ya. Esensi happiness itu banyak sekali. Saya menemukan sebuah istilah "mania", yang adalah fase ketika penderita bipolar mengalami rasa senang berlebihan. Akhirnya saya tertarik mencari tahu tentang mania dan saya rasa setiap manusia memiliki sedikit kecenderungan bipolar. Mania itu masih berhubungan dengan happiness yang selalu saya gambarkan. Mania terdapat di karya yang sempat dipamerkan di Art Jakarta bersama Rachel Gallery juga. 

Addy Debil (Foto: Andreas Winfrey)

Menurut Anda sendiri aliran dari karya-karya Anda lebih ke arah mana? 
Saya suka menyebutnya sebagai doodling surrealism. Haha... Menggambar santai, karena intinya bersenang-senang, tetapi ingin surreal, jauh dari kenyataan. 

Hahaha... Setelah pameran ini, apa project selanjutnya?
Akan ada beberapa project kolaborasi dengan brand dan juga tim mobile game.

Apa rencana Anda ke depannya?
Ingin bersenang-senang. 

Pameran "HAPPY!" karya Addy Debil berlangsung di Ruang Dua Sembilan (Jl. Mandala Utara No.29A, Jakarta Barat) dari 27 April 2019 hingga 19 Mei 2019