Expired Date

Common Sense

 

 

Jika melihat dua kata diatas, tentu mengingatkan kita kepada tanggal berakhir dari setiap makanan atau minuman yang berada dalam kemasan. Tetapi kali ini saya tidak bermaksud untuk membahas makanan suatu kemasan. Melainkan sebuah masa keemasan bagi setiap orang yang berada di dunia ini.

 

Suatu sabtu yang mendung, dikarenakan beberapa waktu belakangan ini kota Jakarta memasuki musim penghujan. Suatu pertemuan pesta ulang tahun mempertemukan saya dengan teman-teman saya semasa SMU. Setelah lebih dari 20 tahun tidak berjumpa, kami pun kembali berkumpul dalam acara makan siang. 

 

Tentu pertemuan tersebut terasa seperti pertemuan pertama, saling bertukar informasi mengenai pekerjaan masing-masing dan update teranyar dari kehidupan kami. Dan entah kenapa masing-masing dari kami tidak beririsan dalam kehidupan pekerjaan, seolah ketika lulus sekolah dulu kami hilang ditelan bumi. Ada yang berprofesi sebagai dokter, marketing, pengusaha, event organizer dan beraneka ragam profesi lainnya. Dan uniknya salah satu dari kami ada yang berprofesi sebagai content creator.

 

Sebuah profesi yang ketika 20 tahun yang lalu belum pernah ada, bahkan muncul sebagai cita-cita. Keunikan profesi inilah yang menjadi spotlight dalam pertemuan siang itu. Bahwa percaya atau tidak, profesi tersebut kini justru dapat meraup keuntungan paling banyak setiap bulannya, hanya dengan menghabiskan waktu 1-2 jam per hari, namun dapat mencapai pendapatan bersih hingga 150 juta sebulan.

 

Tentu pengakuan dari teman saya tersebut cukup mengintimidasi kami yang berada dalam topik pembicaraan tersebut. “Kalau gue untuk dapat jumlah segitu, bisa enggak pulang-pulang dari rumah sakit” ungkap teman saya yang berprofesi sebagai dokter. Sementara lain pula dengan apa yang diungkapkan saya dalam hati “kalau gue harus berapa kali ngajar yoga, buat tulisan dan buat pemotretan dalam sebulan?” tentu ungkapan-ungkapan tersebut muncul dari kami yang terintimidasi oleh profesi tersebut.

 

Pikiran pun mulai berkecamuk. Pertanyaan dari mulai, kok bisa ya? Hingga pertanyaan “kenapa hidup ini terasa tidak adil?” lalu “kenapa kami yang sudah sekolah tinggi-tinggi hingga S3, tidak bisa menerima hasil sebesar itu?” 

 

Apa salah kami? Hingga kenyataan kami si anak rajin dan patuh pada guru ini justru mendapat hasil yang tak sebanding? Katanya usaha tak akan mengkhianati hasil? Tapi yang terjadi justru, yang berusaha itu harus terus bekerja layaknya kuda.

 

Tunggu! Jangan cepat berlarut dalam kesedihan. Dunia digital yang begitu cepat, maka memiliki konsekuensi yang tidak kecil. Layaknya makanan dalam kemasan yang memiliki kadarluarsa, maka begitu pula dengan konten yang diviralkan dalam media sosial, semua memiliki batas berlakunya. 

 

Maka yang saya dapat simpulkan disini adalah tidak ada sisi aman dalam pekerjaan apapun. Setiap profesi pasti memiliki benefit dan kekurangannya masing-masing, tinggal bagaimana kita memainkan kartunya, dan tidak menutup diri untuk berkembang. Mungkin profesi content creator saat ini dapat banyak menghasilkan dengan effortyang lebih sedikit. Tapi apakah dapat berusia panjang atau tidak tergantung bagaimana gaya hidup Masyarakat dikedepannya, dan bagaimana sang pelaku memainkan kartunya. Apapun itu just do your best!   

Photo by Towfiqu barbhuiya: https://www.pexels.com/photo/can-seal-over-printed-numbers-15038479/