Menjadi aktor muda bukanlah sekadar piawai berakting di layar lebar bagi aktor kelahiran 1999 ini, namun Giulio Parengkuan memiliki definisi seperti apa 'aktor' dalam pikirannya. Salah satu yang bisa saya katakan ketika mewawancarainya ialah, sungguh, ia sangat menyukai bidang yang ia geluti tersebut. Untuknya, perjalanan masih panjang, namun mimpi untuk terus berkarya dan dilihat dunia sudah sejak awal menjadi tujuan nomor satu.
Pernah ada rasa penyesalan atau keraguan sejauh ini terjun dalam dunia hiburan?
Teman-teman, teman-teman ada yang pernah meragukan untuk jadi aktor. Tapi memang saya suka akting dari dulu, jatuh cinta sama akting jadi ya senang rasanya untuk bisa akting sih sejauh ini. Love it! Jadi tidak ada penyesalan dan keraguan sampai sejauh ini.
Bagaimana Anda menanggapi masukan dari publik dengan adanya sosial media?
Selama mereka benar, saya jadikan bahan masukan. Kalau misalkan tidak, ya, tidak usah dipedulikan.
Sempat lihat Instagram Anda, tampaknya juga tertarik dengan dunia fotografi, ya? Sekarang kalau disuruh pilih antara fotografi atau akting, bisa pilih yang mana?
Saya suka sekali fotografi. Tapi jika disuruh memilih, tetap pilih akting. Fotografi sendiri membantu untuk memberi point of view yang baru. Seperti halnya akting, kan, platform di mana cara kita menunjukkan karya yang jujur, fotografi juga bisa mengungkapkan seperti itu tapi dengan cara yang berbeda. Apalagi sekarang fotonya dengan analog. Jadi sudah beberapa bulan tidak menyentuh digital, hanya foto pakai analog dan seru!
Keinginan yang belum tercapai sampai saat ini untuk Anda?
Jadi aktor. Mungkin beda sih definisi aktor sendiri bagi saya. Aktor ini, punya kontribusi lebih untuk lingkungan sekitar dan Negara juga. Bisa ke luar atau punya nama. Memang dari dulu selalu ingin menjadi aktor tapi sekarang menurut saya, saya hanya pelaku seni peran dan ingin sekali menjadi aktor. Ya, for instance jadi contoh seperti Leonardo DiCaprio.
Apa hal yang paling Anda banggakan dalam karier ataupun personal?
Saat mau terjun ke dunia akting, saat saya bilang ke teman-teman mereka seperti tidak yakin. Sekarang sambil menjalani akting, seni peran ini, dan saya punya pencapaian sendiri, dan kalau dari sisi hobi saya ingin punya pameran fotografi tetapi belum sempat tercapai,. Kalau memungkinkan, ingin semuanya bertema analog.
Suka dan duka selama ada di dalam dunia hiburan?
Sukanya, bisa terlibat dalam dunia seni peran! Kalau duka, sejauh ini tidak ada ya. Hahaha. Saya melakukan hal yang kurang lebih sama seperti dulu. Lebih ke suka karena kemarin sambil sekolah, selama ini liburan sekolah saya lakukan untuk shooting, nah, bagi saya itu malah liburan. Saya bisa mendapatkan pandangan-pandangan baru, mengenai hal-hal yang lain juga. Karena kalau akting, saya dapat satu peran dan harus masuk ke pola pikir karakter tersebut dan akhirnya saya kenal dan mengerti orang dengan watak dan karakter seperti ini lebih dalam lagi. Lebih ke something personal.
Siapakah panutan Anda? Dan apakah pernah bertemu?
Kalau international, Jack Nicholson, Leonardo DiCaprio, Edward Norton, dan Michael Keaton. Belum pernah bertemu. Aktor lokal mungkin sudah pernah kerja bersama, yaitu Om Tio, Tio Pakusadewo. Senang sekali bisa kerja bersama Om Tio dan saat itu film pertama juga, sangat grogi karena langsung akting bersama dia. Saya belajar banyak dari Om Tio, saat shooting film pertama para pemeran diajak untuk pergi ramai-ramai menggungakan mobilnya, lalu dia drift di tempat tidak terduga, cuma untuk melihat ekspresi kita! Dia punya approach yang beda. Saya selalu suka di dalam dunia perfilman, Saya selalu belajar hal yang baru, learning about life. Selalu ada cara yang berbeda dengan varian berbeda, itu yang seru sih.
Pesan singkat untuk Giulio Parengkuan lima tahun yang lalu?
Tetap jadilah Giulio Parengkuan lima tahun yang lalu. Karena kalau beda, tidak akan seperti sekarang. Tidak ada yang saya sesali.
Hal yang paling Anda banggakan dari diri sendiri?
Hmm, apa ya. Mungkin mempercayai diri sendiri? Sedikit? Hahaha! Belum begitu bangga sih, sebenarnya. Mungkin dedication? Passion juga. Saya orangnya mengejar terus, mau orang bilang apa, dan sambil dibuktikan. Walaupun sampai sekarang masih suka ngomong doang, hahaha.
Makna “Pride” bagi Anda?
Makna “pride” adalah saat kita sudah nyaman atas diri sendiri. Karena pasti ada beberapa orang, they don’t feel comfortable with themselves, jadi mereka tidak mengutarakan suara mereka. Bagi saya, pride itu ya nyaman dengan diri sendiri dan dapat melakukan apapun tanpa memperdulikan perkataan orang lain.
What is your proudest moment in life?
Dedikasi saat shooting film pertama, sih. Karena itu yang pertama, jadi saya tidak mau terlihat buruk. Saya tidak pulang sebulan waktu itu. Film pertama ada Om Tio Pakusadewo, Adipati Dolken, Jefri Nichol, Aliando Syarif. Tidak ingin malu jadinya. Tidur bersama tim, tidur di basement, karakter saya juga tidak punya Ibu dan saya punya Ibu. Jadi apa yang saya lakukan, saya berhenti kontak Ibu aku selama sebulan supaya merasakan bagaimana, apa yang dirasakan pada saat kita tidak punya Ibu. Misalkan latar belakang karakter saya satpam, maka saya tinggal di basement, saya makan sedikit. Mungkin karena nervous juga, akhirnya pada suatu hari sadar saya sudah menjadi karakter itu. Keep searching aja. Saya tidak pernah merasa puas, mungkin itu salah satu yang saya banggakan. I’ll do anything untuk hal tersebut. For me, it’s always fun.